TEMPO.CO, Jakarta - Polusi udara akibat asap pembakaran arang batok kelapa dan peleburan aluminium telah dikeluhkan lama warga di Jalan Cakung Drainase, Cilincing, Jakarta Utara. Keluhan datang di antaranya dari lingkungan SDN Cilincing 07 Pagi.
"Masalah itu udah bosen ya udah cukup lama. Kami udah kirim surat ke dinas terkait cuma tidak ada tindak lanjut," kata Wakil Kepala SDN Cilincing 07 Pagi, Rohyati Farunasari, saat ditemui di sekolah itu, Jumat, 13 September 2019.
Menurut dia, warga sekolah, khususnya guru selalu terganggu dengan asap pembakaran yang setiap pagi menusuk hidung. Setiap upacara dan apel pagi, mereka harus menahan perih di mata. Rohyati ingat telah terganggu sejak pertama kali mengabdi di sekolah itu pada 2013.
Pemerintah, dia menyesalkan, tak menindaklanjuti keluhan sekolah soal asap pembakaran tersebut. Hingga akhirnya satu guru bernama Saefudin harus dirawat di rumah sakit. Paru-parunya diduga tak kuat lagi.
Rohyati menceritakan, Saefudin sudah lama bolak-balik ke rumah sakit mengecek kesehatan pernapasannya. Dua tahun terakhir kondisi Saefudin semakin parah. Pria 48 tahun itu disebutkannya divonis dokter menderita pneumonia akut.
Untuk sementara dia berhenti mengajar sejak tahun ajaran baru dimulai pada 15 Juli. "Menurut istrinya, Pak Aep (Saefudin) tidak merokok, di sini juga tidak ada area merokok tapi ditemukan di paru-parunya ada zat. Makanya dokter vonis sakit pnemonia akut itu," katanya menerangkan.
Rohyati melanjutkan, Lurah Cilincing menyambangi SDN Cilincing 07 Pagi pada Rabu pekan ini. Kedatangan itu terangkai dengan inspeksi Wali Kota Jakarta Utara lokasi rumah industri pembakaran arang dan aluminium berjarak sekitar 200 meter dari lokasi sekolah itu pada Jumat 14 September. "Mudah-mudahan bisa ada solusi," kata Rohyati.
Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara sebelumnya mencatat ada lebih dari 20 industri diduga penyebab polusi udara yang dimaksud. Pemilik disebut telah sepakat alih profesi menjadi penyalur, tidak lagi produksi dengan cara membakar. Tapi merek minta waktu sebulan.
Suku Dinas juga telah menggenggam hasil pengukuran kualitas udara yang menunjukkan nitrogen dioksida (NO2) di sekolah berada di bawah standar baku mutu. Sementara parameter NO2 di tiga lokasi lainnya melebihi baku mutu.
Data Sudin LH Jakut memperlihatkan paparan NO2 dengan kadar 5 PPM selama 10 menit menyebabkan manusia sulit bernapas. Ditemukan juga kadar hidrogen sulfida (H2S) yang melebihi baku mutu dan mengganggu kenyamanan lingkungan.