TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Ratiyono mengatakan tidak ada yang salah dengan Program Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) di SD Negeri 19 Koja, Jakarta Utara. Dia merujuk pada peristiwa dua anak muntah-muntah dan satu di antaranya yang masih balita meninggal usai menyantap makanan tambahan dari sekolah itu.
Menurut Ratiyono, hidangan makanan diberikan dalam waktu yang tak tepat menjadi sebab masalah. "Makanan itu kalau dikonsumsi tepat waktu tidak bahaya, tapi itu dikasih saat sudah basi," ujar Ratiyono kepada Tempo, Jumat 20 September 2019.
Ratiyono menjelaskan makanan PMTAS selama ini disediakan oleh Komite Sekolah. Selama itu pula, para siswa tak pernah mengalami keracunan.
Sebelumnya, Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Yudi Dimyati juga mengklaim telah mengecek kelayakan lokasi pengolahan makanan sehat di SDN 19 Tugu Utara, Kecamatan Koja, terkait peristiwa balita meninggal di Koja. Dari pengecekan diperoleh hasil bahwa makanan buatan komite sekolah itu bebas kuman atau penyakit.
Sebelumnya, menu makanan sehat yang merupakan program Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah dari SDN 19 Tugu Utara diduga telah menyebabkan dua kakak beradik muntah-muntah dan buang air. Kisahnya berawal dari sang kakak yang membawa pulang menu nasi goreng dari sekolah pada Rabu 11 September lalu. Anak berusia delapan tahun itu lalu membagi makanan pemberian sekolah itu kepada sang adik, balita berusia 3,5 tahun.
Tak lama kemudian, keduanya mengalami muntah-muntah. Keduanya dilarikan ke puskesmas terdekat tapi hanya sang kakak yang pulih. Si balita harus dirujuk ke RSUD Koja karena kejang dan akhirnya meninggal dalam perawatan di RSUD pada Kamis, 12 September.
Yudi tak menjawab ketika ditanya kondisi murid lainnya yang menyantap makanan yang sama pada hari dua kakak beradik itu muntah-muntah. Dia mengarahkan Tempo agar merujuk pada keterangan resmi yang dikeluarkan Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti, saat diminta keterangannya, juga tak menerangkan soal jumlah anak yang mungkin menjadi korban seperti dua kakak beradik itu. Dalam keterangan resminya, dia hanya menyatakan sedang menyelidiki penyebab meninggalnya si balita.
Kepala SDN 19 Tugu Utara, Walisa Tri Agustiningsih, juga tak mau memberikan klarifikasi. Walisa menyebut telah memberikan seluruh data kepada Dinas Kesehatan DKI.
Hanya Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah II Jakarta Utara Momon Sulaiman yang bersedia menjawab. Dia membantah ada lebih banyak siswa yang menjadi korban usai menyantap menu nasi goreng yang sama. "Tidak benar," ujar Momon, Senin malam, 16 September 2019.