TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat Komisaris Besar Hengki Haryadi mengatakan terdapat kemiripan antara demo mahasiswa yang berujung rusuh di DPR Selasa, 24 September kemarin dengan peristiwa di depan Bawaslu RI pada 22 Mei lalu. Menurut Hengki, kedua aksi itu disusupi oleh pihak lain di luar demonstran.
"Kami mencurigai aksi anarkis tersebut ditunggangi oleh oknum yang ingin memanfaatkan situasi dan kondisi saat ini," kata Hengki dalam keterangan tertulis, Rabu, 25 September 2019.
Kemiripan pola, kata Hengki, diketahui dari identifikasi pelaku kerusuhan yang ditangkap. Pelaku yang diringkus polisi dalam aksi mahasiswa pada 24 September dan penolakan hasil pemilu 22 Mei banyak yang berasal dari luar Jakarta.
"Para pelaku yang diamankan juga berasal dari luar daerah atau luar Jakarta, ini yang patut kita curigai dan akan terus kita dalami," kata Hengki.
Hengki mengatakan Polres Jakarta Barat menangkap 17 orang tadi malam. Mereka dibawa karena diduga merusak dan membakar pos lantas Slipi. Polisi menyita barang bukti berupa bom molotov, gir, batu, dan petasan.
"Mirisnya, dari para pelaku yang berhasil diamankan rata-rata mereka masih di bawah umur," ujar Hengki.
Demo mahasiswa dari berbagai universitas di DPR bertujuan untuk menolak sejumlah RUU yang dianggap bermasalah agar dicabut. Unjuk rasa itu akhirnya berujung rusuh para sore hari, Selasa, 24 September 2019. Polisi dan massa aksi saling serang. Massa menggunakan batu, petasan dan kayu untuk menyerang. Sebaliknya, polisi melontarkan gas air mata dan menyemprotkan air ke arah mahasiswa.