TEMPO.CO, Jakarta - Reynaldo Alief Devin, 19 tahun, merupakan salah satu dari sekitar 1.900 mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI atau Unindra yang berdemo bersama mahasiswa dari kampus lain di depan Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, pada Selasa, 24 September 2019. Reynaldo sempat kritis usai terlibat dalam kericuhan lantaran menghirup terlalu banyak gas air mata.
Dihubungi Tempo lewat pesan pendek, Reynaldo menceritakan hal tersebut. Menurut dia, awalnya mahasiswa Unindra tak terlibat kericuhan.
"Semua (mahasiswa) tunggu komando dari Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)," kata Reynaldo kepada Tempo, Jumat, 27 September 2019.
Reynaldo berujar, emosi mereka meluap saat melihat seorang mahasiswa beralmamater Universitas Indonesia yang kepalanya penuh dengan darah. Di saat itu lah Reynaldo dan beberapa mahasiswa Unindra lainnya mulai terlibat dalam kericuhan.
Adapun kericuhan dipicu oleh polisi yang menyemprotkan meriam air alias water canon ke arah mahasiswa yang mecoba memanjat gerbang utama Kompleks Parlemen. Menurut pantauan Tempo saat itu, mahasiswa yang sudah kadung emosi lantaran tuntutannya tak diindahkan pun akhirnya melempari polisi dengan botol, batu, dan kayu.
Reynaldo menjelaskan, saat itu polisi telah menembakkan puluhan gas air mata ke arah kerumunan mahasiswa. Sebagian besar lari menjauh dari gerbang Kompleks Parlemen ke arah jalan layang Slipi dan Stadion Utama Gelora Bung Karno. Namun, tak begitu dengan Reynaldo.
Ia memilih untuk bertahan sampai akhirnya seorang polisi menembakkan gas air mata ke arah tanah tepat di dekat Reynaldo. "Di situ saya terlalu banyak menghisap gas air mata dan kekurangan cairan akhirnya tumbang. Kalau tidak salah itu sekitar pukul 16.00," ucap dia.
Mahasiswa lain yang melihat Reynaldo tak sadarkan diri langsung menolong dan membawa pemuda itu ke titik medis bersiaga di sekitar Stadion Utama Gelora Bung Karno. Sekitar pukul 18.00, kata Reynaldo, dirinya yang tengah berada di dalam ambulans pun sadar.
"Kondisi lemas dan dada terasa tertekan, susah nafas. Perut nyeri dan semua tubuh saya mati rasa," tutur Reynaldo.
Sekitar pukul 21.00, ia pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Keesokan harinya, kondisinya tak membaik. Ia merasa tenggorokannya sakit akibat dari gas air mata dan langsung dirawat di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, hingga saat ini.
Reynaldo mengatakan kalau kondisinya telah membaik. Tim dokter memperbolehkan ia pulang besok. Dua hari lalu, Reynaldo menjadi salah satu mahasiswa peserta demonstrasi yang dijenguk oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Momen tersebut ia unggah dalam Stories akun Instagramnya.