Nurullah menjelaskan uang yang diberikan oleh UNHCR pada para pencari suaka jumlahnya berbeda-beda. Untuk pengungsi lajang menerima bantuan sebesar Rp 1 juta, keluarga yang terdiri dari tiga orang senilai Rp 1,3 juta, dan keluarga dengan lima orang atau lebih memperoleh Rp 1,6 juta.
Menurut Nurullah, seharusnya UNHCR tidak hanya memberikan uang kompensasi atas pengosongan gedung eks Kodim. Dia meminta Badan Pengungsi Dunia itu memberikan bantuan berupa tempat tinggal dan uang belanja secukupnya. "Kami akan ramai-ramai kembali ke trotoar depan kantor UNHCR karena uang yang di berikan tidak sesuai," ujarnya.
Hal yang sama diungkapkan oleh M. Sadiq. Pencari suaka asal Afganistan itu menuturkan UNHCR hanya menawarkan uang bantuan sebesar Rp 1,6 juta padanya. Uang kompensasi itu pun hanya diberikan sekali pada para pengungsi.
Menurut Sadiq, uang pemberian UNHCR itu tidak bisa mencukupi kebutuhan ia dan enam anggota keluarganya selama di Jakarta. Dia pun memilih untuk tetap tinggal di gedung eks Kodim dibandingkan menerima uang kompensasi dari Badan Pengungsi itu.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik DKI Jakarta Taufan Bakri meminta UNHCR memindahkan seluruh pencari suaka dari gedung eks Kodim. Sebab, pemerintah DKI sudah tidak memiliki anggaran untuk memberikan bantuan pada para pengungsi itu.
Kepala Perwakilan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) Indonesia Thomas Vargas mengungkapkan tak bisa berbuat banyak atas pengosongan gedung eks Kodim itu. Ia pun menyerahkan sepenuhnya pencarian tempat tinggal sementara pada para pencari suaka itu.
MUH HALWI