TEMPO.CO, Jakarta - Faisal Amir, mahasiswa Universitas Al Azhar Indonesia yang menjadi korban kekerasan aparat saat demonstrasi di DPR, harus rawat inap di Rumah Sakit Pelni hingga 6 bulan. Faisal harus menunggu tempurung kepala buatan karena tengkoraknya retak.
"Dia sambil nunggu batok kepala buatannya selesai dibuat," ujar ibu Faisal, Ratu Agung kepada Tempo, Selasa, 1 Oktober 2019.
Selama 6 bulan itu, Ratu menjelaskan putranya harus hidup tanpa tempurung kepala. Selain itu, Ratu mengatakan Faisal masih harus menjalani operasi pelepasan pen di pundak dalam bulan pekan ke depan.
"Alhamdulillah sekarang sudah lebih baik. Sudah bisa cerita, duduk, bahkan nyanyi-nyanyi. Tapi belum bisa jalan," ujar Ratu.
Faisal menjadi salah seorang korban dalam demo mahasiswa di DPR RI saat akan menjemput teman-temannya yang masih berada di sekitar Palmerah. Faisal yang merupakan koordinator aksi dari kampusnya bertanggung jawab terhadap teman-temannya tersebut. Namun usai pamit menjemput rekannya, Faisal tak kunjung kembali ke titik kumpul mahasiswa di Hotel Sultan.
Faisal ditemukan sudah tergolek bersimbah darah tak sadarkan diri di lahan proyek antara Gedung DPR dan TVRI usai demonstrasi di DPR. Faisal Amir dilarikan teman-temannya ke Rumah Sakit Pelni, Jakarta Pusat. Dari hasil pemeriksaan dokter dan CT Scan, Faisal itu mengalami luka-luka di kulit kepala, tengkorak retak, pendarahan di otak, dan tulang bahu patah.