Sesampainya di rumah, darah dari hidung dan telinga jenazah Yadi terus keluar. Keluarga, kata Maspupah, harus beberapa kali mengganti kapas yang disumpalkan ke lubang hidung dan telinga Yadi.
Bahkan sampai saat Yadi hendak dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Menteng Pulo, Jakarta Selatan, kain kafan yang menutupi wajah Yadi penuh dengan rembesan darah. Maspupah sempat menunjukkan foto kondisi tersebut kepada Tempo.
Atas dasar itu, kata Maspupah, dirinya tak percaya kalau anaknya meninggal karena asma akibat menghirup gas air mata. Kakak tiri Yadi, Bayu, juga mengatakan hal serupa. Saat memandikan jenazah adiknya, ia melihat bekas luka yang sudah membiru di sekujur tubuh bagian atas Yadi.
Kondisi jenazah Maulana Suryadi, 23 tahun, yang terus mengeluarkan darah di bagian hidung dan telinganya, saat dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Menteng Pulo, Jakarta Selatan, pada Jumat, 27 September 2019. Dok: Keluarga
“Ada lebam cukup parah di bagian leher kanan dan kiri, serta di punggungnya. Kepala bagian belakang Yadi juga terasa lembek. Lukanya seperti dihantam benda tumpul,” tutur Bayu saat ditemui di kesempatan yang sama.
Dalam keterangannya, Kapolri Tito menjelaskan bahwa pada Rabu malam itu bentrokan terjadi antara TNI-Polri dan kelompok perusuh di daerah Slipi. Saat itu perusuh membakar pos polisi dan kendaraan serta melempari aparat dengan batu. Saat itulah satu orang pingsan di lokasi kejadian. Dia dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati namun nyawanya tak terselamatkan.
Tito Karnavian membantah korban tewas akibat tindakan represif petugas Kepolisian. "Tak ada satupun luka tembak atau penganiayaan, karena saya juga sudah sampaikan untuk tidak gunakan senjata tajam sehingga (korban tewas) itu diduga kekurangan oksigen atau gangguan fisiknya."