TEMPO.CO, Jakarta - Relawan Jokowi Ninoy Karundeng mengalami pengeroyokan pada 30 September lalu. Polisi telah mengamankan delapan orang terkait masalah ini dan menyebut dua diantaranya berasal dari satu organisasi kemasyarakatan.
Argo mengatakan kalau saat ini kedua orang yang sudah ditangkap tersebut tengah diperiksa secara intensif. Dia juga menyatakan kalau RF dan S tergabung dalam satu organisasi masyarakat. Ia tidak menyebutkan nama ormasnya.
“Pokoknya salah satu ormas, ya,” ucap Argo di kantornya, Senin 7 Oktober 2019.
Argo menyatakan pihaknya juga sedang menyelidiki secara intensif keenam orang yang telah diamankan penyidik. Bahkan, menurut dia, sudah ada yang ditetapkan sebagai tersangka.
"Nanti peran masing-masing akan saya jelaskan jika sudah mendapatkan informasi dari penyidik," kata Argo.
Hari ini, Argo menyatakan penyidik memeriksa Sekretaris Jenderal Persaudaraan Alumni 212 (PA 212), Bernard Abdul Jabbar.
"Tadi pak Abdul Jabbar. Hari ini masih di periksa, tapi kita belum dapatkan hasil pemeriksaannya," ujar Argo.
Sebelumnya, Ninoy Karundeng dikabarkan sempat diculik saat berada di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat, pada 30 September 2019. Saat itu dia mencoba merekam gambar massa demonstran yang terlibat bentrok dengan aparat keamanan.
Video yang menampilkan Ninoy tengah diinterogasi dengan wajah lebam lalu beredar di media sosial. Dalam rekaman video berdurasi 2 menit 42 detik yang tersebar di grup-grup percakapan WhatsApp, Ninoy dengan wajah babak belur tengah diinterogasi oleh seorang pria yang hanya terdengar suaranya.
Si pria menanyakan tujuan Ninoy datang ke tempat tersebut. Si pria juga menuding bahwa salah satu anggota relawan Jokowi tersebut adalah buzzer.
“Kamu meliput demo di DPR, terus di dalam laptop kamu itu ada unsur kebencian yang diarahkan ke tokoh-tokoh yang sangat dekat dengan kita. Tujuannya apa?” bentak si pria tersebut.