TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Prabowo Argo Yuwono mengatakan bahwa Sekretaris Umum Persaudaraan Alumni atau PA 212, Bernard Abdul Jabbar ada di lokasi penyekapan dan penganiayaan anggota relawan Jokowi, Ninoy Karundeng. Bernard menjalani pemeriksaan oleh penyidik di Polda Metro, Senin 7 Oktober 2019.
"Kami masih menunggu status dari yang bersangkutan yaitu ada atas nama BD (Bernard), dia ada di lokasi ikut mengintimidasi (Ninoy Karundeng)," ujar Argo di kantornya, Senin tengah malam, 7 Oktober 2019.
Ninoy Karundeng diduga disekap dan dianiaya hingga hampir dibunuh oleh sejumlah orang di Masjid Al Falah, Pejompongan Barat, Jakarta Pusat pada 30 September hingga 1 Oktober lalu. Saat itu, massa juga merekam video yang menampilkan Ninoy tengah diinterogasi dengan wajah lebam. Video berdurasi 2 menit 42 detik tersebut kemudian viral di media sosial dan tersebar di grup-grup percakapan WhatsApp.
Polda Metro Jaya telah menetapkan 11 orang sebagai tersangka dalam kasus terebut. Mereka adalah AA, ARS, YY, RF, Baros, S, TR, SU, ABK, IA, dan R.
Ninoy Karundeng menceritakan kasus ini bermula saat dirinya sedang mengambil foto saat demonstrasi mahasiswa dan pelajar berujung bentrok dengan aparat keamanan, 30 September. Saat berada di sekitar BNI Pejompongan, Ninoy berujar bahwa jalanan sudah ditutup. Massa aksi yang terkena gas air mata polisi berjalan ke beberapa arah termasuk ke arah Masjid Al Falah.
Dia mengaku mengikuti korban gas air mata untuk mengambil foto. "Di situlah saya mengambil foto, terus saya diperiksa, begitu dia tahu bahwa saya adalah relawan Jokowi, langsung saya dipukul dan diseret ke dalam masjid," ujarnya dengan memar di bawah mata kirinya di kantor Subdirektorat Resmob Polda Metro Jaya, Senin, 7 Oktober 2019.
Di dalam masjid, Ninoy mengaku diinterogasi tentang asalnya, tujuannya datang ke lokasi dan lain-lain. Dia mengaku sudah coba menjawab pertanyaan namun tetap dipukuli massa. Ninoy pun coba meminta dilepaskan, namun ditolak.
Memasuki dinihari, 1 Oktober, dia mengaku mendapat ancaman dibunuh. Ninoy menyebut peran seorang yang disapa habib. "Sejak demo reda sekitar pukul 02.00 (1 Oktober 2019) Habib itu yang merancang untuk membunuh saya bersama penyedia ambulans yang mengaku sebagai tim medis," ujar Ninoy.
Menurut Ninoy, seorang petugas medis itu pula yang sejak awal menginterogasinya. Selain itu, petugas medis itu juga membuka media sosial Ninoy untuk melihat komentar atau tulisannya.
Menjelang siang, pada 1 Oktober 2019, Ninoy mengaku dilepaskan. Dia berujar dipesankan mobil dalam aplikasi Go Box untuk pulang ke rumahnya. Sedangkan sepeda motor Ninoy Karundeng disebut diparkirkan jauh oleh massa dari Masjid Al Falah dan dirusak.