TEMPO.CO, Jakarta - Dosen pengajar di Institut Pertanian Bogor (IPB) namun telah diberhentikan sementara, Abdul Basith, mengaku tak tahu-menahu soal rencana pembuatan bom ikan dan meledakkannya di sejumlah pusat bisnis di Jakarta. Kepada Tempo, dia menyatakan mendapat kesan menjadi orang yang dikorbankan.
"Kalau ada andil saya, itu cuma memberikan bensin tiga liter dan (tumpangan) tempat tinggal," ucapnya saat ditemui di Polda Metro Jaya pada 2 Oktober 2019.
Abdul mengungkapkan kalau rencana 'membuat letusan dan ledakan' dibahas dalam sebuah rapat di rumah mantan Danjen Kopassus Soenarko di Ciputat, Tangerang Selatan, pada 20 September 2019. Kepada Majalah Tempo, Soenarko, telah membantah pernyataan Abdul Basith itu dengan menyatakan pertemuan silaturahmi biasa dengan tetamu. "Ini biasa dilakukan kepada setiap tamu yang datang ke tempat saya," ujar Soenarko.
Saat itu, menurut Abdul, hadir 15 orang yang tak seluruhnya dikenal sang dosen. Di antaranya, disebutkan Abdul, adalah Laode Sugiono yang menyanggupi menyiapkan bahan peledak.
Laode menghadiri pertemuan bersama Mulyono Santoso. Abdul mengaku baru kenal keduanya di pertemuan tersebut. Adapun pembahasan menyiapkan peledak didiskusikan di meja melingkar di mana Abdul mengaku tak dilibatkan di sana.
Abdul pun mengaku tidak tahu kalau rumahnya di Pakuan Regency Linngabuana, Margajaya, Bogor Barat, bakal dipakai sebagai tempat merakit bom atau peledak tersebut. Mulanya, dia mengisahkan, seorang bernama Riawan mengirim pesan Whatsapp mengabarkan kalau ada sekelompok orang dari Buton, Sulawesi Tenggara, akan tiba di Jakarta pada Selasa malam, 24 September 2019. Tujuan mereka untuk berdemonstrasi.