Kepada Abdul, Riawan menanyakan apakah ada rumah yang bisa menampung massa tersebut. Abdul menawarkan tinggal di rumahnya yang memiliki dua lantai. Menurut Abdul, ada satu kamar besar kosong. "Rumah saya besar, ini mungkin keteledoran saya," kata Abdul.
Massa belakangan diketahui berjumlah empat orang. Mereka lalu menginap di rumah Abdul. Keesokan harinya, 25 September, mereka bersama Sugiono membeli bahan peledak, salah satunya minuman dalam kemasan botol. Mereka lantas menyatukan material itu menjadi bom ikan berisikan paku.
Abdul lagi-lagi mengaku tak tahu-menahu soal rencana pembuatan bom ikan.
Dia meminta Riawan untuk segera menjemput keempatnya. Meski begitu, Abdul sempat memberikan tiga liter bensin, salah satu bahan peledak.
Abdul juga mengatakan tidak mengetahui eksekutor yang ditunjuk menempatkan bom di tujuh titik pusat bisnis Jakarta. Menurutnya, Riawan yang membahas siapa eksekutornya. Lalu Sugiono berperan membawa bahan peledak pada Kamis pagi, 26 September 2019.
Pada 28 September, pensiunan Laksamana TNI AL Sony Santoso, juga seorang dosen, kemudian meminta Abdul datang ke rumahnya untuk membahas demonstrasi. Rumah Sony beralamat di Taman Royal 2 Cipondoh, Kota Tangerang. Di sinilah mereka diringkus polisi.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono sebelumnya mengatakan Abdul Basith disangka berperan sebagai penyedia dana untuk mendatangkan perakit bom ikan dari Papua dan Ambon. Sangkaan semakin berat karena polisi mengumpulkan 29 bom ikan dari rumahnya di Bogor.