TEMPO.CO, Jakarta - Tersangka perancang kerusuhan saat aksi Mujahid 212, Abdul Basith, kerap mendatangi lokasi demonstrasi yang berlangsung di Jakarta. Abdul menceritakan demonstrasi pertamanya adalah Aksi Bela Islam 411 pada 4 November 2016.
"Melihat orang segitu banyaknya datang dari mana-mana saya penasaran, apa sih," kata Abdul saat ditemui Tempo di Polda Metro Jaya, Jakarta, 2 Oktober 2019. "Itu demo pertama saya 411."
Abdul berujar, dirinya tak pernah terjun dalam demonstrasi sedari muda. Bahkan dia pasif ketika menjabat Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), dulu bernama Senat. Karena itulah, di usia sepuhnya ini, dia penasaran dengan atmosfer massa dalam demonstrasi.
Untuk Aksi Bela Islam 411, dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) itu mengaku datang lantaran turut merasakan sebagai sesama umat Islam. Dalam aksi ini, massa meminta aparat untuk menangkap Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ahok disebut telah melecehkan ayat Al-Quran atas pidatonya di Kepulauan Seribu 2016 lalu.
Tak cuma itu, Abdul juga mengikuti demonstrasi di depan Gedung Mahkamah Konstitusi (MK) sehubungan dengan penghitungan suara Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno kala itu menggugat hasil penghitungan suara yang memenangkan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Abdul menduga proses penghitungan suara oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) tidak adil. "Kalau yang MK urusan keadilan. Kalau itu kan ada pihak yang dimenangkan dan dikalahkan dan prosesnya tidak adil," ujar dia.
Ketika demonstrasi ini, Abdul menyebut bertemu dengan seorang yang mengikuti aksi bernama Erni. Erni ini memperkenalkan Abdul Basith dengan mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, Soenarko.