TEMPO.CO, Bekasi - Sampah bambu menumpuk hingga sepanjang 120 meter di aliran Sungai Cikeas sampai polder air bendung Koja di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Kamis, 10 Oktober 2019. Sampah ini terbawa arus ketika debit sungai yang hulunya berada di Bogor itu meningkat sejak semalam.
Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas, Puarman mengatakan, debit Kali Cikeas meningkat cukup signifikan akibat hujan deras di Bogor. Berdasarkan data dari lapangan, debit air mencapai 175 sentimeter, meningkat dari sebelumnya sekitar 100 sentimeter.
"Hujan deras itu membawa material sampah bambu dari hulu ke hilirnya," kata Puarman pada Kamis, 10 Oktober 2019.
Menurut Puarman, jika dikalkulasikan volume sampah bambu mencapai 1200 kubik. Diduga 50 persen sampah bambu berasal dari wilayah Bogor, 25 persen dari Depok, dan 25 persen lagi dari Kota Bekasi. "Ini bukan yang pertama, setahun bisa empat kali tapi ini paling banyak," ujar Puarman.
Ia mengatakan, sampah bambu bisa menyebabkan banjir bandang. Sebab celah dari bambu-bambu yang menumpuk terisi dengan sampah rumah tangga. Jika debit sungai naik, air secara otomatis terbendung oleh tumpukan sampah tersebut.
"Kalau tidak segera ditanggulangi, akan berpotensi mengakibatkan banjir," kata dia.
Puarman telah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi untuk mengangkat sampah bambu tersebut. Diperkirakan pembuangan sampah itu butuh waktu hingga dua pekan, karena harus dilakukan secara manual.
Alat berat tak bisa diturunkan karena bakal merusak tanggul Kali Cikeas. Penduduk di sJatiasih menolak pembongkaran tanggul karena rawan banjir. "Kalau tanggul dikorbankan, warga akan protes," ujar Puarman.
Juru bicara Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BWSCC), Junaedi mengatakan pihaknya terus melakukan pembersihan sampah pada pintu air di sejumlah titik di Sungai Cikeas. "Kami sudah bergerak dari awal-awal juga," kata dia.
ADI WARSONO