TEMPO.CO, Jakarta -Para pedagang kaki lima alias PKL yang biasa berjualan di sekitar kompleks gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, mengaku biasa saja jika tidak ada aksi demo mahasiswa pada hari Senin ini, 14 Oktober 2019.
Seorang penjual mie ayam yang berjualan di pinggir kompleks DPR RI mengatakan bahwa mie ayamnya terjual seperti biasa, baik itu ada demo mahasiswa maupun tidak ada demo hari ini.
“Ya standar-standar saja. Bisa nambah tapi tidak banyak. Misalnya sehari dapat Rp 20.000, naik jadi Rp 25.000. Tidak sampai 2 kali lipat dari biasanya. Karena jarang biasanya yang mau makan. Biasanya orang-orang demo itu beli minum. Apalagi kalo terkena gas air mata, pasti mereka cari air mineral untuk cuci muka,” kata penjual mie ayam yang menolak menyebutkan identitasnya tersebut, Senin siang, 14 Oktober 2019.
Naiknya pendapatan dari larisnya air mineral saat aksi demonstrasi dibuktikan seorang PKL minuman yang berjualan dekat dengan Stasiun Palmerah. Dia mengakui bila ada aksi demonstrasi dia bisa meraup omset dua kali lipat dari biasanya.
“Ya naik. Misalnya sehari saya dapat Rp 100.000, kalau ada demo jadi Rp 200.000. Tapi (kalau tidak ada demonstrasi) saya juga gak sedih. Disyukuri aja, karena jadinya lebih aman juga kalau tidak ada demo,” kata pria paruh baya tersebut.
Terkait keamanan dan jumlah pejalan kaki yang biasanya ramai di sekitar Stasiun Palmerah, seorang penjual kuliner telur gulung menyebutkan kini jalanan menjadi sepi karena ditutup oleh polisi.
“Saat ada demo, jalanan biasanya jadi sepi. Banyak ojek online dan pejalan kaki ramai di jalanan sini sehari-harinya. Tetapi waktu ada gelombang demo mahasiswa dan pelajar kemarin, jadinya sepi banget. Kalau pedagang di sini waktu demo kemarin banyak memilih tidak berjualan. Baguslah kalau tidak ada demo hari ini, dagangan saya bisa laku,” katanya.
Pria itu menuturkan kembali soal peristiwa demo pelajar siswa STM/SMK beberapa waktu lalu. Dikatakannya adonan telur gulung yang sudah diraciknya seret.
“Padahal saya sudah bikin banyak adonan. Tapi (demo pelajar) itu malah berujung rusuh, ya saya langsung pulang. Pada demo mahasiswa yang terakhir pekan lalu saya pulang lebih cepat, jam 6 sore pulang. Saat itu juga yang laku cuma 1 adonan. Kalau hari lain tanpa demo, saya bisa berjualan sampai jam 8 malam dan bisa laku 5 adonan,” tuturnya.
MEIDYANA ADITAMA WINATA | DA