TEMPO.CO, Jakarta - Polisi telah menetapkan seorang petugas medis, Dokter Insani Zulfah Hayati, di antara belasan tersangka kasus penyekapan dan penganiayaan Ninoy Karundeng, seorang anggota Relawan Jokowi. Insani, dan suaminya yang masih buron, disebutkan ikut menginterogasi Ninoy sepanjang penyekapan di dalam Masjid Al Falaah, Pejompongan.
"Malah ikut-ikutan interogasi korban dan tidak membantu medis, padahal Ninoy babak belur," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Suyudi melalui pesan singkat, Kamis, 17 Oktober 2019.
Suyudi mengatakan Dokter Insani diajak oleh suaminya, Shairil Anwar untuk menjadi relawan medis saat demonstrasi mahasiswa dan pelajar di kawasan DPR RI, 30 September 2019. Mereka sejatinya memberi perawatan kepada para demonstran yang terluka atau terkena gas air mata.
Ini sejalan dengan kesaksian Ninoy sebelumnya. Dengan lebam yang masih melingkari dua bola matanya, dia pernah menyebut ada petugas medis dan seorang yang disapa 'habib' berperan besar dalam penyekapan dan penganiayaan yang dialaminya.
Relawan Jokowi, Ninoy Karundeng, ditemui awak media di kantor Subdirektorat Resmob Polda Metro Jaya, Senin, 7 Oktober 2019. Tempo/M Yusuf Manurung
Ninoy mengaku mengatakan menjadi sasaran amuk setelah diketahui dirinya adalah seorang relawan Jokowi. Segala handphone dan isi laptopnya digeledah. "Mereka melihat komentar-komentar ataupun tulisan-tulisan di media sosial saya," kata Ninoy, Senin 7 Oktober 2019.
Pegiat media sosial itu menyebut peran seorang yang dikenalinya sebagai petugas medis sejak awal dia diinterogasi hingga dibebaskan keesokan harinya, 1 Oktober 2019. Si petugas medis itu pula yang membuka paksa akun media sosialnya.