TEMPO.CO, Jakarta - Polda Metro Jaya ungkap ada grand design untuk menggagalkan pelantikan Presiden Jokowi dan Wapres Ma'ruf Amin pada 20 Oktober 2019. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono menjelaskan dugaan tersebut ketika merilis kasus bom ketapel yang dilakukan oleh SH dan kawan-kawan.
Komplotan bersenjata ketapel itu, kata Argo, ternyata terkoneksi dengan kelompok bom ikan oleh dosen IPB Abdul Basith Cs. "Tersangka SH sering berkomunikasi dengan insinyur AB," ujar Argo di kantornya, Senin, 21 Oktober 2019.
Selain SH, polisi menangkap lima orang lain yaitu E, FAB, RH, HRS dan PSM. Mereka tergabung dalam grup Whatsapp yang dibuat oleh SH. "Rencananya untuk ketapel dan bola karet itu akan dipakai di gedung MPR untuk menyerang aparat," ujar Argo.
Barang bukti peluru ketapel yang diduga untuk gagalkan pelantikan presiden ditunjukkan saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Senin, 21 Oktober 2019. Tempo/M Yusuf Manurung
Argo tidak menjelaskan bagaimana Abdul Basith dan SH saling mengenal. Dia hanya menyebutkan bahwa keduanya memiliki tujuan yang sama. "Upaya untuk menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden," kata dia.
Kelompok Abdul Basith disebut merancang peledakan bom ikan dengan membonceng aksi bertajuk Mujahid 212 pada 28 September 2019. Selain itu, kelompok ini juga dituding aktor dibalik penggunaan bom molotov dalam unjuk rasa mahasiswa di DPR RI yang berujung kerusuhan pada 24 September lalu.
Dalam kelompok SH, rencana penggagalan pelantikan Presiden Jokowi dilakukan menggunakan peledak dalam bentuk bola karet. Bom itu rencananya bakal dilontarkan menggunakan ketapel ke arah petugas.