TEMPO.CO, Jakarta - Puskesmas Kramatjati, Jakarta Timur, mencatat jumlah kunjungan pasien selama cuaca panas mencapai 800 orang per hari. Jumlah tersebut masuk dalam kriteria normal, hanya jenis penyakitnya yang berkaitan dengan suhu panas tercatat lebih dominan.
"Kalau rata-rata per hari bisa sampai 600 pasien yang berkunjung, tapi kalau layanan 24 jam bisa 700 sampai 800 pasien per hari," kata Kepala Puskesmas Kramatjati, Inda Mutiara, di Jakarta, Rabu sore 23 Oktober 2019.
Menurut Inda, pasien yang datang memiliki berbagai keperluan pelayanan, mulai dari pemeriksaan kesehatan hingga yang jatuh sakit. Keluhan yang dominan, kata dia, adalah penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) yang dipicu udara kotor mencapai 29 persen.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan dehidrasi yang dipicu kekurangan asupan air. Untuk penyakit akibat tekanan darah tinggi mencapai 18 persen, diabetes 12 persen, masalah lambung 8 persen, dan nyeri sendi 8 persen.
Cuaca panas di Jakarta Timur juga dirasakan pegawai maupun tim medis Puskesmas Kramatjati dalam beberapa hari terakhir. "Bahkan udara yang terbawa ke dalam ruang Puskesmas sudah seperti di pesisir laut (panas). Mudah-mudahan tidak berdampak pada pasien yang berobat di Puskesmas," kata Inda.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG menyatakan
cuaca panas masih akan melanda kawasan DKI Jakarta dan sekitarnya hingga akhir bulan ini. Cuaca panas ekstra disebabkan adanya gerak semu matahari yang dominan di selatan katulistiwa.
Sekalipun cuaca panas ekstra,
BMKG membantah isi pesan viral di media sosial kalau beberapa wilayah seperti Tangerang Selatan, Banten dan Malang akan memiliki suhu hingga 44 derajat Celsius, bahkan di Pekanbaru mencapai 45 derajat Celsius. Adapun Jakarta disebut 38 derajat Celsius. "Kurang tepat dan tidak benar," ujar Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Djatmiko.