TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengimbau masyarakat untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya dehidrasi bahkan hingga heat stroke dalam menghadapi cuaca panas beberapa hari ke depan.
"Ini karena kalau panasnya sangat ekstrem, yang sangat dikhawatirkan adalah heat stroke," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti, Kamis, 24 Oktober 2019.
Heat stroke merupakan kegagalan tubuh untuk melakukan pendinginan baik dengan cara berkeringat atau penguapan dari kulit akibat suhu panas sekitar. Bahkan heat stroke bisa juga menyebabkan kematian.
Widyastuti pun menyampaikan enam langkah untuk menjaga kondisi tubuh saat cuaca panas. Pertama adalah menghindari berada di luar ruangan antara pukul 10.00 WIB hingga jam 16.00 WIB.
Kedua, kata Widyastuti, masyarakat diimbau minum air putih dalam dua hingga tiga jam sekali dengan jumlah total dua liter perhari serta jangan menunggu haus.
Langkah ketiga adalah mengonsumsi buah-buahan yang segar dan banyak mengandung air. Selanjutnya adalah menggunakan masker dan payung saat ke luar ruangan. Kelima, menggunakan krem pelembab kulit dan penangkal sinar matahari saat ke luar ruangan. "Keenam, adalah menjaga kondisi tubuh dengan cukup istirahat dan tidur," kata Widyastuti.
BMKG mencatat suhu udara siang hari di sejumlah daerah di Indonesia terasa lebih panas dari biasanya. Suhu maksimum dapat mencapai 37 derajat Celcius sejak 19 Oktober lalu. Bahkan di Makassar tercatat suhu paling tinggi hingga 38 derajat Celcius.
Suhu tersebut merupakan catatan suhu tertinggi dalam satu tahun terakhir. Pada periode Oktober lalu tercatat suhu maksimum mencapai 37 derajat Celcius. Kondisi ini diperkirakan akan terus terjadi hingga beberapa waktu ke depan.
Di Jakarta, Petugas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kramatjati, Jakarta Timur, mencatat jumlah kunjungan pasien selama suhu cuaca panas hingga 37 derajat Celcius mencapai 800 orang perhari dengan jenis penyakit rata-rata berhubungan dengan suhu panas.