TEMPO.CO, Jakarta -Terkait temuan cat bertimbal, Yayasan Nexus3 atau BaliFokus berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bisa menjadi pionir pengetatan regulasi penggunaan timbal pada produsen cat enamel dekoratif untuk kayu dan besi.
Pernyataan itu disampaikan setelah Nexus3 dan Pemprov DKI bertemu untuk membahas penelitian konsentrasi timbal pada peralatan bermain di 32 taman Ibu Kota.
"Harapannya juga Pemprov DKI bisa nge-push Kemenperin dan KLHK untuk ini," ujar Toxic Program Officer Nexus3, Sonia Buftheim di Balai Kota pada Jumat, 25 Oktober 2019.
Menurut Sonia, regulasi di Indonesia ihwal batas timbal masih longgar dibandingkan dengan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 90 bagian per juta (ppm). Menurut dia, negara tetangga seperti Filipina bahkan sudah menerapkan batas sesuai dengan WHO.
Sonia berujar, aturan di Indonesia hanya sebatas Standar Nasional Indonesia atau SNI 8011 tahun 2014 ihwal Cat Dekoratif Berbasis Pelarut Organik yaitu sebesar 600 ppm. Aturan itu, kata dia, bahkan hanya bersifat sukarela.
"Jadi perusahaan di Indonesia tidak punya kewajiban untuk tidak menggunakan timbal," kata dia.
Yayasan Nexus3 melakukan riset di 32 taman pada Oktober 2019. Mereka mendeteksi peralatan bermain seperti ayunan, jungkat-jungkit dan luncuran berlapis cat yang mengandung timbal menggunakan alat analisis X-Ray Fluorescence (XRF). Penelitian dilakukan pada 20 taman bermain umum dan 12 taman bermain untuk usia taman kanak-kanak di lima wilayah Jakarta.
Hasil penelitian Nexus3 menunjukkan bahwa 82 dari 119 peralatan bermain di Jakarta memiliki konsentrasi timbal di atas 90 ppm (part per milion). Angka 90 ppm disebut sebagai standar peraturan paling ketat di dunia. Dalam penelitian itu bahkan ditemukan adanya peralatan bermain berupa kombinasi ayunan dan luncuran pada satu taman di Jakarta Barat yang memiliki konsentrasi timbal 4170 ppm.
Timbal sangat berbahaya, khususnya bagi anak-anak. Menurut Sonia, anak-anak menyerap 50 persen timbal lebih banyak dibandingkan orang dewasa. Alasannya, anak cenderung menelan sesuatu yang dipegang.
"Kalau dia megang itu (peralatan bermain mengandung timbal), terus dia makan, maka timbal akan masuk," ujar dia.
Dalam paparan Nexus3 yang mengutip pernyataan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebutkan bahwa tidak ada tingkat paparan timbal yang diketahui tanpa efek bahaya. Bahkan tingkat paparan timbal yang rendah dapat menyebabkan masalah kesehatan seumur hidup.
Timbal, termasuk dalam cat bertimbal berbahaya bagi otak anak-anak yang sedang berkembang, dan dapat menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan (IQ) dan rentang perhatian.