TEMPO.CO, Jakarta -Beberapa wilayah di Kelurahan Pegadungan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, terdampak kekeringan lantaran hujan yang tak kunjung turun.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta mencatat ada 11 RT di 2 RW Kelurahan Pegadungan yang warganya kesulitan air alh
Lurah Pegadungan, Sulastri, mengatakan dua RW, yaitu RW 9 dan 2, sebelumnya memang belum terpasang saluran air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sejak kekeringan terjadi di awal Oktober, kata dia, pihak PDAM telah memulai penggalian untuk memasang pipa air. “Targetnya selesai di akhir tahun ini dan air akan mengalir mulai 2020,” kata Sulastri lewat sambungan telepon.
Sulastri menjelaskan, sebelumnya warga di dua RW itu mengandalkan air Kali Maja untuk mencuci baju. Lantaran sudah lama tak turun hujan, air di kali tersebut pun menyusut. Warga akhirnya kesulitan mencari air bersih.
Untuk mengantisipasi hal itu, tim Satuan Tugas Air Bersih bentukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama PDAM dan mitranya telah menyalurkan bantuan air bersih. Baznas DKI, kata Sulastri, juga telah memberikan bantuan berupa tandon air di masing-masing RW.
Setiap dua hari sekali, Sulastri mengatakan empat truk tangki air mengantarkan air bersih ke dua RW tersebut. “Air dikumpulkan di tandon, terus warga ambil dari situ,” tutur dia.
Sulastri menjelaskan, di Kelurahan Pegadungan terdapat 20 RW, di mana 10 di antaranya merupakan perumahan yang telah memiliki pengolahan air sendiri. Sisanya, kata dia, masih berbentuk perkampungan, termasuk RW 2 dan 9 yang sama sekali belum dialiri PDAM. “Ada beberapa RW yang sudah teraliri, tapi kan pasokan airnya kurang lancar karena musim kemarau,” ujar Sulastri.
Warga di RW perkampungan itu juga mengalami permasalahan air tanah. Sulastri mengatakan kalau air tanah di sana tak dapat digunakan untuk konsumsi sehari-hari lantaran mengandung kadar besi yang tinggi.
Hal itu, lanjut dia, yang membuat warga lebih memilih mencuci baju di Kali Maja ketimbang menggunakan air tanah. “Walaupun kalinya kotor, air di atas permukaan itu kan bening. Tapi tidak bau seperti air tanah di kami,” kata dia.
Meski begitu Sulastri tetap tidak sepakat warganya menggunakan air kali untuk mencuci akibat kekeringan panjang. Pihak kelurahan telah melakukan berbagai sosialiasi agar warga beralih dari kebiasaan yang sudah turun-temurun itu.