TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pendidikan Doni Koesoema A mengatakan pendidikan karakter sangat penting dalam menanggapi kisruh di SMA Gonzaga, Jakarta Selatan.
Kisruh itu terjadi karena orang tua murid SMA Kolese Gonzaga menggugat ke pengadilan karena anaknya tidak naik kelas. Di antara yang digugat adalah kepala sekolah dan guru SMA Kolese hingga Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
Doni mengatakan bukan proses pendidikan yang baik jika orientasinya anak pintar tapi tanpa tata krama dan jahat. "Pendidikan karakter sangat penting karena melengkapi dimensi akademis," kata Doni dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat 1 November 2019.
Dalam proses pendidikan itu, kata dia, tidak hanya soal anak menjadi pintar tetapi memiliki budi pekerti yang baik.
"Karakter terkait penanaman nilai-nilai kebaikan dalam hidup. Maka ini lebih penting daripada sekadar menjadi pintar," katanya.
Doni prihatin atas gugatan terhadap SMA Kolese Gonzaga lantaran peserta didiknya tinggal kelas karena persoalan akademik dan nonakademik.
Pendidikan karakter, kata Doni, merupakan penilaian dari sisi nonakademik yang saling melengkapi dengan aspek akademik. Penilaian nonakademik sendiri dapat diukur dari standardisasi norma yang diterapkan oleh pihak sekolah.
Kepala Seksi Peserta Didik dan Pengembangan Karakter Peserta Didik Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taga Radja Gah mengatakan siswa SMA Gonzaga yang tidak naik kelas itu bukan hanya karena akademik, melainkan juga nonakademik terkait karakternya. "Siswa ini satu mata pelajaran tidak tuntas, yaitu sejarah. Peminatan nilainya 68. KKM-nya 75. Nah kemudian ternyata jauh sebelumnya memang laporannya ada kasus tidak disiplin," katanya.