TEMPO.CO, Jakarta - Peserta Jakarta Mystical Tour kecewa terhadap kelalaian penyelenggara saat kegiatan wisata horor di sejumlah lokasi di ibu kota pada Jumat malam, 1 November 2018. Sebab, belasan peserta tur mistis nyaris tersambar kereta rel listrik saat mengunjungi lokasi kejadian Tragedi Bintaro 1987 di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan.
"Saya sangat kecewa terhadap penyelenggara yang tidak memikirkan secara matang agenda wisata tersebut," kata Manta, seorang peserta Jakarta Mystical Tour saat dihubungi, Ahad, 3 November 2019. "Nyawa kami sebagai peserta hampir celaka."
Kegiatan Jakarta Mystical Tour diselenggarakan Biang Overlender. Jakarta Mystical Tour rencananya diadakan dalam tiga gelombang. Gelombang pertama telah berlangsung pada 18 Oktober 2019 dan gelombang kedua pada 1 November 2019. Adapun gelombang ketiga akan diadakan pada 15 November 2019.
Manta mengatakan rombongan yang berjumlah 47 orang tiba di perlintasan rel Tragedi Bintaro sekitar pukul 23.20. Sampai di lokasi, Manta dan temannya saling bertanya terhadap keamanan jalur perlintasan. Sebab, mereka mendatangi jalur kereta aktif.
"Saya bertanya-tanya jalur ini masih ada kereta beroperasi tidak. Teman saya juga ada yang bertanya hal yang sama," kata Manta.
Seorang peserta rombongan, kata Manta, juga ada yang berinisiatif menanyakan langsung kepada panitia. Saat itu, panitia ada yang menyatakan bahwa jalur kereta sudah aman karena tidak ada lagi jadwal yang melintas. "Padahal seingat saya ada kereta yang terakhir jam 23.30," ujarnya.
Manta bersama temannya tidak berani untuk berada di perlintasan kereta. Namun, sekitar pukul 12.40, seorang pemandu sekaligus cenayang meminta kami cepat meninggalkan lokasi perlintasan. Sebab, makhlus halus penunggu lokasi perlintasan tidak menerima kedatangan mereka.
Sebelum meninggalkan lokasi, kata Manta, pemandu wisata tersebut meminta peserta berkumpul untuk foto di perlintasan dari arah Tanah Abang menuju Bintaro. "Saat kami ingin foto, tiba-tiba kereta datang dan nyaris menabrak kami semua," ujarnya. "Saya lari sekuat tenaga dan saya loncat hingga terperosok ke dalam solokan."
Manta mengaku mendapatkan sejumlah luka akibat terperosok menghindari kereta. Menurut dia, sedikitnya ada tiga orang yang loncat ke dalam solokan untuk menghindari kereta. "Saya trauma mengikuti wisata itu," kata dia.
Di tengah kondisi yang masih terguncang, Manta tak percaya panitia masih mengajak peserta untuk melanjutkan perjalanan wisata mistis. Panitia masih mau meneruskan perjalanan ke TPU Jeruk Purut, Taman Langsat, Menara Saidah, dan Terowongan Casablanca. "Saya malah ditawari lanjut ke Jeruk Purut di tengah kondisi seperti itu. Kami menolak dan perjalanan tidak dilanjutkan," ujarnya.
Hal yang membuat dirinya kecewa adalah sikap penyelenggara yang tidak meminta maaf atas kejadian kemarin malam. "Bukannya minta maaf, saya malah ditawari lanjut ke Jeruk Purut di tengah kondisi seperti itu. Saya dan peserta lain menolak melanjutkan perjalanan wisata itu," kata Manta.
Sebelum tiba di lokasi perlintasan kereta Tragedi Bintaro, Manta telah mengunjungi Museum Taman Prasasti, Toko Merah, Museum Sejarah Jakarta dan Jembatan Ancol. "Tujuan saya ikut wisata ini untuk mengetahui sejarahnya. Sebab, saya sebagai kaum urban penasaran terhadap cerita di lokasi yang juga menjadi ikonik di ibu kota," ujarnya.
Ananda Satria, pihak operasional Jakarta Mystical Tour, menyatakan tidak melanjutkan kegiatan tur mistis tersebut. "Walau animo masyarakat masih besar, kami berencana cukup mengadakan dua kali saja," kata Ananda Satria kepada Tempo, Sabtu, 2 November 2019.
Ananda Satria mengatakan belajar dari wisata horor pada Jumat, 1 November 2019, panitia menyadari ada beberapa agenda yang keluar dari rencana dan membahayakan peserta. Salah satu peristiwa yang hampir membuat kecelakaan adalah saat rombongan mengunjungi lintasan rel kereta tempat Tragedi Bintaro 1987 terjadi.
Saat itu, rombongan diajak berkumpul di rel kereta sekitar pukul 23.50. Panitia luput memastikan jadwal kereta yang melintas sehingga rombongan tur panik ketika mengetahui KRL masih beroperasi. Peserta rombongan wisata horor berlari tak tentu arah menghindari sambaran kereta listrik yang melaju.
Beberapa di antara mereka mengalami luka-luka karena terjatuh saat menghindari kereta. Ada pula yang tercebur ke selokan yang berada di samping rel. Peserta yang mengalami luka terkilir dibawa ke rumah sakit. Ada juga kerusakan handphone milik peserta saat panik menghindari kereta.
Ananda Satria mengatakan sudah memantau jadwal kereta, namun acara wisata horor tak sesuai perencanaan. "Permintaan akan meminta maaf secara terbuka," kata dia.