TEMPO.CO, Depok - Wiji Joko Santoso, terduga teroris yang ditangkap oleh Kepolisian Daerah Metro Jaya pada Rabu, 13 November lalu di SDIT Izzati, Beji, Depok dikenal jarang bergaul.
Seorang petugas keamanan di tempat tinggal Wiji di Bukit Mampang Residence, Zaenal mengatakan Wiji dan keluarga tak pernah sama sekali berbincang dengan tetangga atau petugas keamanan setempat selama tinggal di sana. “Ya paling kalau ketemu saja negor,” kata dia saat ditemui, Rabu.
Baca Juga:
Saking jarangnya berkomunikasi, Zaenal pun mengaku tak mengetahui apa pekerjaan Wiji. “Tinggal mah sudah kurang lebih satu tahun ke belakang, tapi saya enggak tau apa kerjanya,” ujarnya.
Zaenal mengaku hanya mengetahui kalau keluarga Wiji merupakan pengontrak pindahan dari Bekasi. Wiji tinggal bersama seorang istri dan dua orang anaknya. “Iya saya tahunya dari Bekasi, sudah itu aja,” kata dia.
Sehari-hari, menurut Zaenal, Wiji terlihat mengantar anaknya pada pagi hari dan berpakaian rapih dan pergi setiap pukul 11.00 WIB. “Nanti pulangnya malem, kadang jam 22.00 kadang jam 23.00, begitu setiap hari,” ujarnya.
Zaenal mengatakan,
Wiji Joko Santoso ditangkap karena diduga pernah berperan sebagai HI (Hubungan International) pada 2014. Ia juga pernah menjadi pelatih di Moro pada 1999 angkatan pertama sampai 2001/2002. Wiji memiliki keahlian militer membuat bom dan perakit senjata, pernah ke Suriah pada 2012 bersama ASKARI dengan tujuan menjalin hubungan dengan FSA (Free Syirian Army) dan melakukan perjalanan ke beberapa negara pada periode tahun 2012-2013 antara lain Thailand, Vietnam, Qatar, Singapura, Filipina, Uni Emirat Arab, Sri Lanka, Hongkong.