TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyesalkan sikap anak buahnya yang emosional saat mengikuti diskusi bersama seniman di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Rabu, 20 November lalu. Anak buah Anies yang emosional itu adalah Deputi Gubernur DKI bidang Pariwisata dan Kebudayaan, Dadang Solihin.
"Saya menyayangkan dan sudah saya tegur pak Deputi Pariwisata dan Kebudayaan karena emosional," kata Anies di Hotel Borobudur, Jakarta Pusa, Senin malam, 25 November 2019 "Tidak seharusnya (emosional) jadi relaks saja."
Video kericuhan saat diskusi yang digelar antara pemerintah provinsi DKI Jakarta dengan sejumlah seniman di Pusat Dokumentasi Sarta H.B. Jassin, TIM, beredar viral di media sosial sejak Sabtu, 23 November 2018. Diskusi tersebut mengusung tema 'PKJ-TIM Mau Dibawa Kemana?'.
Kericuhan dipicu saat Dadang Solihin berdiri dari tempat duduknya dan melontarkan ucapan yang meninggi dan menuai kemarahan seniman sebagai peserta diskusi. "Mau tidak berdiskusi, mau tidak berdiskusi," ucap Dadang dengan nada tinggi.
Seorang peserta yang tidak terima langsung merespon ucapan Dadang. "Woy jangan galak-galak," kata peserta yang tidak terima dengan sikap Dadang. Peserta lain juga menimpali, "Tidak bisa pejabat kayak anda begitu."
"Saya tidak marah, tidak marah," jawab Dadang, setelah para peserta tidak terima dengan ucapannya.
Menurut Anies, semestinya Dadang bisa tetap berkepala dingin meskipun situasi diskusi berjalan panas. Sebab, diskusi tersebut merupakan wahana tukar pikiran dan para seniman hanya ingin menyampaikan aspirasinya. "Semua aspirasi itu sah didengar dan didiskusikan," ujarnya.
Anies mengatakan pejabat DKI harus bisa menjelaskan kepada publik bahwa rencana revitalisasi TIM mempunyai semangat membangun ekosistem seni dan budaya di kawasan itu.
Selain itu, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menuturkan para pegiat seni tidak perlu khawatir terkait adanya rencana pembangunan hotel di kawasan TIM. Pemerintah berjanji tidak bakal menjadikan kawasan tersebut lokasi komersial.
"Jadi bukan dibayangkan seperti tempat komersial untuk di luar. Ini justru untuk menampung agar seniman-seniman yang datang itu tinggalnya berada di dalam satu ekosistem," kata Anies.
Bentuk komitmen pemerintah DKI untuk tidak mengkomersialkan kesenian dan kebudayaan dengan langkah memisahkan antara Dinas Pariwisata dengan Dinas Kebudayaan. Kedua dinas tersebut, kata Anies, dipisah agar kegiatan kebudayaan tidak berorientasi komersial. "Karena visinya adalah kegiatan kebudayaan itu tidak untuk komersial, jadi ini bukan lisan. dibuktikan loh," ujarnya.