TEMPO.CO, Jakarta - Fazlur Rahman, seorang tunanetra, berunjuk rasa di depan kantor Kementerian Perhubungan, Rabu 27 November 2019. Dia menyatakan trauma menumpang kereta komuter KRL setelah terperosok di Stasiun Cikini, Jakarta Pusat.
"Saya sekarang takut buat naik kereta. Walaupun ada pendamping seperti sekarang, saya tetap takut," kata Fazlur di antara unjuk rasa yagng dilakukannya Rabu siang.
Mahasiswa pasca sarjana di UHAMKA itu terjatuh di antara celah peron Stasiun Cikini saat ada kereta menuju Bekasi. Dia mengungkap sama sekali tidak menerima pendampingan untuk pemulihan fisik maupun psikologis dari Kereta Commuter Indonesia (KCI) selaku operator KRL.
"Saya takut tapi berusaha menetralkan diri saya," kata Fazlur sambil menambahkan bahwa KCI baru datang dan meminta maaf seminggu setelah ia terperosok di celah peron Stasiun Cikini.
Fazlur menyatakan menerima permintaan maaf itu namun tetap mendesak Kementerian Perhubungan menindak KCI ata peristiwa yang dialaminya. "Saya membawa nama penyandang disabilitas di seluruh Indonesia dan akan menuntut KCI karena tidak punya sensitivitas menyediakan layanan bagi para penyandang disabilitas," katanya.
Fazlur berunjuk rasa di depan Kementerian Perhubungan untuk menuntut regulator dan operator agar lebih sensitif terhadap para penyandang disabilitas yang menggunakan jasa angkutan umum secara mandiri.
"Setidaknya kalau mereka bilang sudah ada fasilitas bagi penyandang disabilitas dalam transportasi umum ya tingkatkan sensitivitas para petugasnya karena percuma ada fasilitas tapi ga ada sensitivitas petugas membantu kami," kata dia.