TEMPO.CO, Jakarta -Taipan properti Ciputra menghembuskan nafas terakhir di Singapura, sekitar pukul 01.05, Rabu, 27 November 2019. Pendiri Ciputra Group itu masuk dalam daftar 20 orang terkaya di Indonesia, versi Majalah Forbes 2019.
Ciputra dalam sebuah wawancara di Majalah Tempo pernah mengatakan bahwa seseorang bisa menjadi pengusaha kaya tanpa melakukan korupsi. Kala itu Ciputra berusia 77 tahun, dan ia baru saja pulang menghadiri acara Ernst & Young World Entrepreneur di Monte Carlo, Monako.
Ayah empat anak itu bertemu dengan 43 pengusaha dari berbagai penjuru dunia itu diakuinya amat memberikan inspirasi.
Berkaca dari negara lain, Ciputra berpendapat, ”Kewirausahaan merupakan alat untuk memajukan bangsa.” Sayangnya, ia melihat banyak orang Indonesia berkeyakinan tak ditakdirkan menjadi pengusaha. Pola pikir seperti itu, menurut dia, harus diubah. ”Inti kewirausahaan adalah semangat, keinginan, dan percaya diri yang besar,” katanya.
Secara bertahap, bila memiliki banyak pengusaha, Indonesia pun bisa terbebas dari kemiskinan dan pengangguran. ”Kita bisa mengolah kekayaan alam menjadi barang yang bernilai,” ujarnya. Seperti kata Deng Xiao Ping: menjadi kaya itu mulia.
Ciputra meninggal dalam usia 88 tahun. Almarhum merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara, lahir di Parigi, 24 Agustus 1931. Ketika berusia 12 tahun, ia harus hidup mandiri setelah ayahnya ditangkap tentara penjajah.
Jenazah pengusaha Ciputra disemayamkan di Gedung Ciputra Artpreneur, Jakarta, Rabu, 27 November 2019. Ir Ciputra mulai disemayamkan di Ciputra Artpreneur selama sepekan ke depan. ANTARA
Berdasarkan rilis yang diterima Tempo, 27 November 2019, disebutkan semasa hidupnya Ciputra dikenal sebagai sosok pekerja keras, sederhana, dan sangat entrepreneurial. Ia selalu menekankan kepada keluarganya untuk mengutamakan kejujuran dan integritas yang kemudian diterapkan dalam menjalankan bisnis Grup Ciputra, yakni berdasarkan tiga pilar filosofi yaitu Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship.
Ciputra juga bercita-cita untuk dapat menciptakan lebih banyak entrepreneur di Indonesia, yakni generasi muda yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri dengan cara mengubah ‘sampah dan rongsokan menjadi emas’. Semasa hidupnya, ia telah menerima lebih dari 80 penghargaan dari berbagai institusi nasional dan internasional lainnya.
MAJALAH TEMPO