TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat baru Garuda Indonesia seri A330-900 Neo sedang ramai diberitakan. Ini karena barang belanjaan mahal milik sejumlah penumpangnya tidak dilaporkan dalam manifes pesawat. Petugas Bea Cukai mencegat lalu menyitanya setelah menduga ada upaya penyelundupan.
Saat itu, Minggu 17 November 2019, pesawat baru saja menjalani penerbangan datang dari pabrikannya di Toulouse, Prancis. Penumpangnya 22 orang, termasuk jajaran direksi PT Garuda Indonesia lengkap dengan Direktur Utama I Gusti Ngurah Askhara Daniputra. Mereka baru saja menjalani serah terima dari Airbus.
Garuda Indonesia telah memberi klarifikasi kalau dua karyawan yang ikut dalam penerbangan pesawat itu bertanggung jawab atas kargo yang tak dilaporkan itu. Namun maskapai nasional itu menepis kecurigaan adanya upaya penyelundupan.
"GMF bukan kawasan eksklusif, kawasan yang diawasi oleh semua pihak. Kawasan khusus yang juga diberlakukan aturan Bea Cukai dan kepabeanan," kata Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia Ikhsan Rosan tentang lokasi pesawat itu menurunkan pesawat dan muatannya itu.
Kepala Pemberitaan Korporat di Tempo Inti Media, Arif Zulkifli, mengungkap pengalamannya dalam penerbangan serupa. Menerima undangan resmi bersama seorang wartawan dari media lain, Arif mencicipi penerbangan dari Toulouse langsung ke Bandara Soekarno-Hatta pada 2009 silam.
"Pesawat memang kosong karena hanya ada kami dan beberapa orang dari Garuda Indonesia serta beberapa kru," katanya melukiskan situasi penerbangan dengan pesawat yang baru saja diserahterimakan dari pabrikannya.
Menurut Arif, belasan koli barang bawaan maupun belanjaan penumpang seperti yang dilaporkan terjadi pada A330-900 Neo sangat mungkin masuk pesawat karenanya. Pesawat pun bertolak dari bandara di lingkungan markas Airbus, bukan dari bandara umum atau komersial. "Terbang direct ke Jakarta," katanya.
Penerbangan di Toulouse dihitungnya saat itu sekitar 14 jam plus waktu satu kali transit. Penerbangan pulang, karena langsung, disebutnya kurang dari 14 jam.
Arif lupa seri pesawat Airbus yang ditumpanginya saat itu. Dia hanya ingat seluruh interior berupa kursi dan karpet masih rapi terbungkus plastik. Adapun proses imigrasi dilaluinya dengan bantuan pengundang.
Sepuluh tahun silam, pesawat baru yang ditumpangi Arif juga mendarat dan langsung masuk hanggar GMF. "Kami turun langsung dijemput bus Garuda, ya sudah pulang," katanya.