TEMPO.CO, Jakarta -Warga RT 05/RW 11 Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, meminta penjelasan dari kontraktor proyek konstruksi Tol Bekasi, Cawang, Kampung Melayu atau Tol Becakayu terkait banjir yang dialami sejak 2016.
"Siklus lima tahunan banjir di Jakarta, got kami aja nggak pernah meluap. Tapi sejak ada proyek Becakayu pada 2016, rumah kami selalu kebanjiran," kata Ketua RT 05/RW 11 Komarudin di Jakarta, Kamis sore, 5 Desember 2019.
Pada banjir yang berlangsung Rabu, 4 Desember 2019, sekitar pukul 19.00 WIB, tidak kurang dari 30 rumah tinggal yang dihuni sekitar 70 kepala keluarga terendam air rata-rata setinggi betis orang dewasa.
RT 05/RW 11 bermukim pada elevasi lahan yang lebih rendah dari Jalan Inspeksi Tarum Barat Kalimalang, tempat konstruksi Tol Becakayu berada.
Sejak November 2016, kata dia, kontraktor PT Kresna Kusuma Dyandra Marga atau KKDM menutup saluran air eksisting yang menjadi pembuangan menuju Kalimalang karena adanya proyek Tol Becakayu. "Kontraktor mengganti saluran baru yang perencanaannya tidak beres, sebab kapasitasnya kecil sehingga tidak bisa menampung debit air hujan," katanya.
Pada 2017 warga mendatangi kantor PT KKDM untuk mengadukan situasi banjir yang dialami mereka. Kontraktor, kata Komarudin, menjanjikan kompensasi kerugian, tapi dengan syarat melampirkan gambar maupun video banjir yang merusak perabotan maupun konstruksi rumah. "Kami sudah berkali-kali kirim gambarnya, tapi tidak pernah ada realisasi," katanya.
Pada pertemuan terakhir bersama perwakilan pengembang, warga dijanjikan pembuatan bak kontrol air di dekat lokasi proyek
Tol Becakayu yang berbatasan dengan rumah penduduk. "Jumat besok kita akan ketemu lagi sama pengembang. Kami akan tanyakan perkembangan bak kontrol seperti apa, kalau masih banjir juga, kami minta dibuatkan saluran baru," katanya.