TEMPO.CO, Bogor - Memasuki musim hujan Kementrian LHK mengajak warga dan Pemda mnggalakkan penghijauan di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung.
Kepala Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Citarum Ciliwung, Taruna Jaya, menyebut bencana yang terjadi saat memasuki musim hujan terutama banjir Sungai Ciliwung itu disebabkan dari hulu sungai yang sudah kritis lahannya.
"Di Jawa Barat itu ada 77.000 hektar lahan, itu kritis. Artinya tutupan lahan hijau sudah terbuka atau beralih pungsi," kata Taruna saat di temui di Balai Kota Bogor, Sabtu 14 Desember 2019.
Taruna mengatakan dari 77.000 hektar lahan yang terbuka di hutan lindung itu 15.000 hektar berada di dalam kawasan dan 62.000 hektar lainnya berada di luar kawasan. Saat ini banyak di gunakan atau dimiliki oleh warga masyarakat dan konsorsium, lahan-lahan tersebut mereka gunakan tidak sesuai fungsi seperti lereng gunung mereka tanami sayur.
Sehingga ketika musim hujan tiba, mereka tidak bisa melakukan THR (tahan, hambat dan resap). "Artinya lereng itu terbuka atau tidak ada tanaman kayu-kayu'an, itu menjadi konsen kami di penghijauan tutupan," ucap Taruna menjelaskan.
Sehingga jika lahan tutupan hutan lindung itu terus terbuka, Taruna mengatakan makancana di Jawa Barat khususnya di Bogor tidak bisa dihindari, salah satunya longsor.
Dia menambahkan untuk meminimalisir hal itu, maka perlu dilakukan upaya untuk menyadarkan masyarakat menjaga ekosistem hutan dan juga sungai. Sehingga ketika air turun (hujan), tidak langsung ke tanah. "Kalau di perkotaan karena tidak punya gunung, ya salah satu upayanya membuat biopori," kata Taruna.
Taruna menyebut tutupan hutan atau lahan lindung di Bogor akan terus berkurang, karena laju pertumbuhan penduduk yang membutuhkan lahan untuk pemukiman juga akan sangat meningkat. Sehingga peran pemerintah disini, harus aktif dan bisa mengalokasikan wilayah mana yang harus dijaga dan wilayah mana yang boleh dibuka. Intinya ketika lahan penampung air semakin berkurang, maka bencana banjir pun takan terhindarkan.
"Sebetulnya ringan saja, karena jika lahan itu ketutup semen kemana air akan mengalir," kata Taruna.
Lalu untuk mengantisipasi itu dia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk kembali menanam pohon dan melakukan penghijauan, terutama di wilayah atau bantaran Sungai Ciliwung sebagai akses utama air mengalir. Selain itu, penghijauan di tutupan lahan atau hutan lindung juga bisa membantu mengembalikan habitat satwa, yang saat ini semakin rusak atau dirusak. "Jadi jangan salahkan mereka yang datang ke pemukiman warga, toh rumah mereka semakin tiada," kata Taruna sambil menyebut jika ada butuh bibit pohon bisa meminta kepada pihaknya secara gratis.