TEMPO.CO, Jakarta - Selama masa kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, ibu kota beberapa kali direndam banjir saat musim hujan tiba.
Pada 26 April 2019, luapan Kali Ciliwung merendam ratusan rumah di kawasan Cililitan Kecil, tepatnya di RT 16, 9 dan 12 RW 07, Kramatjati, Jakarta Timur. Ratusan warga harus mengungsi karena rumahnya terendam air.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta saat itu mencatat ada 17 titik lokasi banjir.
Kejadian banjir terbaru terjadi pada Selasa, 17 Desember 2019. BPBD mencatat ada 27 titik banjir di sejumlah wilayah, yaitu di wilayah Jakarta Pusat sebanyak empat titik, Jakarta Barat tiga titik, Jakarta Selatan tujuh titik dan Jakarta Timur lima titik. Sedangkan, genangan di kawasan permukiman di Jakarta Barat terpantau satu titik di Kelurahan Rawa Buaya, enam titik di Kelurahan Sukabumi Selatan dan satu titik di Kelurahan Kota Bambu Utara.
Gubernur Anies Baswedan sempat melontarkan berbagai pernyataan terkait banjir tersebut. Berikut pernyataan Anies ihwal banjir Jakarta yang Tempo rangkum:
- Sebut pemberitaan banjir sensasi
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan enggan menanggapi pertanyaan wartawan tentang peristiwa banjir Jakarta pada Selasa, 5 Maret lalu. Alasannya, pemberitaan mengenai banjir Jakarta selama ini lebih banyak menimbulkan sensasi karena data yang kerap tidak lengkap.
Anies meminta kepada wartawan yang bertanya dan menulis soal banjir Jakarta agar menyiapkan juga data jumlah RT yang terendam dan lamanya banjir. "Saya berharap teman-teman menulis jumlah RT-nya berapa, durasinya berapa lama, karena sensasinya enggak sebanding dengan kondisinya," ujarnya di Balai Kota, Jakarta Pusat saat itu.
- Kerahkan ribuan relawan cegah hoax banjir
Pada November tahun lalu, Anies menyebut pihaknya mengerahkan sebanyak 1.400 relawan yang sudah terverifikasi untuk mengawasi informasi dan antisipasi banjir di lapangan. Relawan itu sekaligus memberikan peringatan dini saat banjir benar terjadi.
"Selama ini kami menerima laporan banjir itu harus diverifikasi dulu, kami tidak tahu validitas laporannya," ujar Anies di Balai Kota, Senin 11 November 2018. "Karena itu kami merekrut 1.400 orang yang terverifikasi di seluruh wilayah Jakarta."
Anies menuturkan ketika ribuan relawan itu mengirimkan laporan, maka tim Jakarta Smart City tidak perlu mengecek ulang kembali. Pemerintah DKI bisa langsung merespons laporan soal banjir itu karena dipastikan bukan kabar bohong atau hoax.
Para relawan itu terdiri dari ketua RT, ketua RW, Lembaga Musyawarah Kelurahan dan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat. Para penggiat masyarakat itu dijaring lewat Biro Tata Pemerintahan DKI Jakarta dan tersebar di semua tempat.
- Banjir Jakarta limpahan air sungai dari Bogor
Pada April 2019, Anies mengatakan banjir yang menggenangi beberapa wilayah di Jakarta saat itu merupakan limpahan air dari hulu sungai yang berada di Bogor, Jawa Barat. Melihat fakta itu, Anies berharap pembangunan dua waduk di Kabupaten Bogor, yakni Waduk Ciawi dan Waduk Sukamahi, segera rampung pada Desember 2019.
Sebab, menurut Anies, kedua waduk kering itu bisa menahan limpasan air ke Jakarta. "Sehingga datangnya air ke Jakarta tidak melimpah tanpa terkendali. Tapi bisa dikendalikan volume aliran airnya, maka 30 persen potensi limpahan langsug akan turun," ujarnya.
- Banjir pada April 2019 tak ganggu ibu kota
Anies menyebut banjir akibat luapan Sungai Ciliwung beberapa hari di pekan ini tak sampai mengganggu ibu kota. Menurut dia, banjir hanya di kawasan aliran sungai. "Memang terjadi banjir di daerah aliran sungainya tetapi kota sendiri, kota Jakarta, alhamdulillah tidak mengalami gangguan," kata dia lewat akun Instagram pribadinya, Sabtu malam, 27 April 2019.
Anies saat itu mendatangi Pintu Air Istiqlal yang terletak persis di samping Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Melalui akun Instagram @aniesbaswedan, dia mengutarakan, Pintu Air Istiqlal merupakan satu lokasi kunci untuk mengendalikan debit air kiriman dari Sungai Ciliwung. Pintu Air Istiqlal berfungsi mengendalikan pergerakan air dari Manggarai ke arah pusat Jakarta seperti Jalan Veteran, Gunung Sahari, dan Hayam Wuruk.
Di sana, Anies mengatakan terdapat mesin elektronik pengelola air yang berusia 99 tahun. Ia melanjutkan petugas Dinas Sumber Daya Air (SDA) telah menghitung ketinggian permukaan air laut saat hujan turun. Tak hanya itu, SDA juga menghitung ketinggian pintu air di Jakarta. "Dan mereka bisa mengalirkan (air) dengan baik sehingga kita terhindarkan dari bencana banjir," kata Anies.
- Sumber banjir Jakarta berada di hulu
Anies menilai, banjir di Jakarta disebabkan karena bagian hulunya tidak dikendalikan. Selama air di hulu tidak dikendalikan, banjir di kawasan hilir seperti Jakarta hanya masalah waktu.
"Cara mengendalikannya bagaimana? Yaitu membangun bendungan untuk kemudian dialirkan secara bertahap, jadi volume turun ke pesisir bisa dikontrol," kata dia di Taman O, Cibubur, Sabtu, 27 April 2019.
Menurut Anies, proses pengendalian air di hulu saat ini sedang berjalan untuk meredam banjir di ibu kota dan sekitarnya. Yaitu melalui pembangunan bendungan di Cimahi dan Sukamahi. Bendungan itu ditargetkan selesai Desember 2019. Untuk itu, ia menyebut masalah banjir yang harus dibenahi sebenarnya ada di hulu bukan di pesisir seperti Jakarta dan daerah lain.
Namun, menurut Anies, media justru lebih menyoroti masalah banjir di Jakarta. "Cuma bedanya kalau di Jakarta fokus media tinggi. sehingga kampung apa pun kena cepat naik. Padahal Bekasi, Tangerang Selatan mereka pun mengalami hal yang sama," kata dia.