TEMPO.CO, Jakarta - Banjir di ruas-ruas jalan utama di Jakarta seperti yang terjadi Selasa 17 Desember 2019 bukan baru pertama kali terjadi. Banjir merendam puluhan titik hingga ke jantung ibu kota nyatanya berulang hampir setiap tahun. Yang berbeda adalah gaya dan cara gubernurnya menghadapi peristiwa setiap banjir besar tersebut.
Berikut ini gaya dan cara yang ditunjukkan sejak era Jokowi hingga Anies Baswedan saat banjir merendam pusat kawasan bisnis dan jalan protokol. Ada yang melahirkan foto viral, ada yang menunjukkan amarahnya. Simak beberapa catatan berikut ini,
Era Gubernur Joko Widodo
1. Desember 2012 atau dua bulan setelah menjabat Gubernur DKI Jakarta, Jokowi langsung menghadapi banjir besar. Sejumlah ruas jalan utama, seperti Jalan Sudirman-Thamrin dan daerah Grogol, terendam. Penyebabnya, gorong-gorong di daerah itu sudah tidak memadai. Jokowi menginstruksikan pengerukan lalu turun ke satu gorong-gorong di kawasan Bundaran HI untuk mengecek sendiri. Fotonya turun ke gorong-gorong itu kemudian viral.
2. Jokowi mencanangkan pembuatan The Stormwater Management and Road Tunnel (SMART Tunnel) alias gorong-gorong raksasa. Jokowi waktu itu menjelaskan program tersebut sudah memiliki cetak biru, tapi membutuhkan terobosan.
3. Januari 2013, Jakarta kembali dilanda banjir, bahkan lebih besar. Tanggul Latuharhary jebol dan banjir menerjang kawasan Jalan Thamrin dan Bundaran HI. Sedangkan di Pluit, pompa air sudah terendam dan tidak berfungsi. Jokowi langsung mengadakan rapat darurat yang dihadiri Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, dan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jakarta. Rapat memutuskan status tanggap darurat.
Era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama
1. Awal Februari 2015, banjir sampai ke kawasan Istana Presiden di Jalan Medan Merdeka Utara. Ahok mendapat informasi tentang penyebab berasal dari pemadaman listrik yang dilakukan PLN, sehingga pompa air tak bisa bekerja. Sebelumnya dia meyakini, tidak ada alasan Istana atau Monas terendam banjir.
Jalan yang tergenang banjir di Depan Istana merdeka, Jakarta, 9 Februari 2015. Sistem drainase yang buruk disertai hujan deras menyebabkan sejumlah kawasan DKI Jakarta tergenang banjir. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
2. Februari 2016, kawasan Istana Merdeka dan jatung Jakarta terendam banjir lagi. Ahok geram sebab meyakini, berdasarkan pengalaman tahun lalu , banjir di Jakarta tidak akan terjadi bila tidak ada sabotase. Apalagi ini di kawasan Ring 1. Dia kemudian menyodorkan bukti temuan para petugas PPSU adanya sampah bekas kulit kabel yang menumpuk di saluran air, sehingga mengganggu drainase.
3. April 2016, Ahok berkeliling ke Pintu Air Cipinang, Malaka, Kali Cipinang Indah, Kanal Banjir Timur, dan Jalan Cipinang Muara I. Dia mengatakan, tujuan inspeksi itu untuk mencari tahu alasan tetap terjadinya banjir di daerah yang seharusnya sudah bebas banjir. Ahok juga meluapkan emosi pada anak buahnya lantaran kerja jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tidak sesuai harapannya dalam menanggulangi banjir. Mulai dari Wali kota Jakarta Utara, Rustam Effendi, Wali kota Jakarta Pusat Mangara Pardede dan jajaran BPBD DKI Jakarta.
Era Gubernur Anies Baswedan
1. 17 Desember 2019, banjir merendam 27 titik termasuk sejumlah kawasan jalan protokol di Jakarta. Lewat Sekretaris Daerah Saefullah, Anies menginstruksikan kerja bakti besar bersama seluruh satuan kerja perangkat daerah terkait pada hari minggu berikutnya, 22 Desember 2019. "Pak Gubernur juga memonitor. Sasarannya adalah yang menjadi genangan," kata Saefullah di Balai Kota DKI, Rabu 18 Desember 2019.