Sebelum masuk ruang utama Colosseum, tamu kembali diperiksa oleh petugas keamanan. Kali ini, petugas meminta setiap tamu menunjukkan telepon genggamnya. Bagian kamera telepon genggam para tamu lalu ditutup dengan stiker oranye berbentuk lingkaran.
Kamera ponsel yang diplester stiker mengantar pengunjung lebih dekat ke ruang utama diskotek. Hingar bingar musik dan gemerlap lampunya langsung menyambut. Hanya dua itu awalnya, musik dan permainan lampu. Tapi menginjak tengah malam, para penari pun menginjakkan kaki di panggung utama berbentuk huruf U.
Inilah daya tarik utama Colosseum. Mengenakan pakaian minim, para penari menyebar di empat tiang yang ada. Selesai menari yang pertama, datang kelompok pole dance seksi yang berikutnya. Sedang yang pertama berbaur di lantai maupun di meja-meja pengunjung dekat panggung bertarif Rp 2 juta.
Ilustrasi penari klub malam atau diskotek. Shutterstock
Mengaku pengunjung tetap Colosseum, Erik (28 tahun), menilai penjagaan diskotek tersebut menjadi lebih ketat setelah heboh penghargaan Adikarya Wisata dan pencabutannya kembali. Kamera hape yang diplester itu diaku baru dialaminya. "Biasanya langsung masuk saja," katanya.
Di antara gemerlap dan riuh dunia seluas sekitar 1000 meter persegi itu, pengawasan petugas keamanan tak mengendur. Mereka terlihat di setiap sudut Colosseum dengan senter di tangan.