TEMPO.CO, Bekasi - Kementerian Perhubungan mulai menggarap proyek underpass Cibitung di perlintasan sebidang, Jalan Raya H. Bosih, Desa Wanasari, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi. Di lokasi ini, pada Sabtu malam lalu terjadi kecelakaan kereta dengan mobil yang menewaskan tujuh orang.
"Sekarang sudah mulai pembangunan, target selesai Juni 2021," kata Kepala Humas Direktorat Jenderal Perkeretapian Kementerian Perhubungan, Supandi kepada Tempo, Senin, 23 Desember 2019.
Secara karakteristik, underpass Cibitung tak jauh beda dengan underpass Tambun yang dibangun lebih dulu. Panjangnya sekitar 400 meter dengan lebar hingga 37 meter terbagi dua jalur ke utara dan selatan rel kereta api. Pengamatan Tempo pada Senin siang, lokasi underpass baik di sisi utara maupun selatan rel sudah digali. Bangunan di sekelilingnya juga telah dirobohkan.
Kepala Balai Teknik Jakarta Banten Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Jumardi belum lama ini menyebut anggaran untuk proyek tahun jamak tersebut sekitar Rp 125 miliar. Pemerintah pusat, kata dia, menanggung sepenuhnya biaya konstruksi proyek itu.
Sementara itu, biaya pembebasan lahan dibebankan ke pemerintah daerah setempat. Tahun 2015 senilai menghabiskan dana Rp 47 miliar, sedangkan tahun berikutnya sebesar Rp 41 miliar. Dengan begitu, total biaya untuk pengadaan 65 bidang tanah seluas 6.061 meter.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Bekasi, Yana Suyatna, mengatakan, proyek ini akan menghilangkan perlintasan sebidang. Karena itu, jika terowongan tersebut selesai, maka tak akan ada lagi kecelakaan yang melibatkan kereta api seperti yang terjadi pada Sabtu malam lalu.
"Jika underpass selesai tentunya dapat menghilangkan kecelakaan di perlintasan pintu kereta api," kata Yana.
Kecelakaan di perlintasan kereta api sebidang di Desa Wanasari, Cibitung, Kabupaten Bekasi pada Sabtu malam lalu menyebabkan tujuh orang tewas. Mobil Daihatsu Sigra B 1778 FZI warna biru yang mereka tumpangi tertabrak kereta Argo Parahyangan dari Surabaya tujuan Jakarta.
A