TEMPO.CO, Jakarta - Warga Cipinang Melayu khawatir dengan kemunculan anak ular kobra di permukiman mereka di Jalan Pangkalan Jati V Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Kamis, 26 Desember kemarin. Warga RT2 RW5 Cipinang Melayu, Diran Anam, 45 tahun, menduga ular kobra tersebut berasal dari lahan yang kini dijadikan jalur light rail transit (LRT) atau kereta ringan.
"Kemungkinan dari sana (lahan LRT) yang bersebelahan dengan Tol Cikampek," kata Diran saat ditemui di rumahnya, Jumat, 27 Desember 2019. "Kan dulunya jalur LRT kebon kosong."
Diran menemukan anak ular kobra di depan rumahnya. Setelah ditelusuri di rumah tetangga depan rumahnya yang berbatasan dengan lahan menara sinyal dan jalur LRT, terdapat ular lainnya. "Total ada empat yang kami temukan. Semuanya kami matikan."
Bahkan, tetangganya yang bernama Mbah Diman, melihat ular kobra berukuran besar di belakang dapur rumahnya. Namun, begitu dipanggil petugas Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Timur, ular kobra yang nyaris berukuran satu meter itu menghilang.
"Dari empat anak kobra yang ditemukan, tiga di antaranya di rumah Mbah Diman," ujarnya. "Dua di belakang dapur rumahnya dan satu di depan rumahnya."
Hingga kini, kata dia, keberadaan ular kobra sangat meresahkan warga. Sebabnya, warga khawatir ular tersebut mematuk anak-anak di lingkungan permukiman mereka. "Banyak anak-anak. Kami khawatir mereka kena terpatuk," ujarnya.
Kepala Seksi Operasional Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Timur, Gatot Sulaeman, mengatakan telah menerjunkan empat orang petugas untuk mencari ular lainnya di kawasan Jalan Pangkalan Jati V, tapi belum ditemukan. "Tim kami akhirnya kembali lagi kemari. Ular tidak ditemukan."
Gatot mengimbau warga tidak menangkap sendiri ular kobra atau lainnya karena berbahaya. Ia menyarankan warga memanggil petugas Damkar atau orang yang terlatih jika menemukan ular.
"Untuk memastikan keselamatan lebih baik panggil orang yang terlatih."