TEMPO.CO, Jakarta - Seorang warga RT02/RW04 Cipinang Melayu, Jakarta Timur, Alamsyah, mengatakan kalau wilayahnya hampir setiap tahun direndam banjir. Meski begitu, banjir tahun ini dinilainya merupakan yang paling parah.
Wilayah tersebut, kata dia, terakhir direndam banjir besar pada 2007 lalu. "Dulu tidak sampai atap. Kalau sekarang, lantai satu rumah saya itu sudah habis terendam air," kata dia saat Tempo temui di lokasi, Rabu, 1 Januari 2020.
Warga lainnya, Agus, menyatakan hal yang sama dengan Alamsyah. Pada banjir di tahun-tahun sebelumnya, rumahnya tak pernah direndam hingga setinggi hampir dua meter.
"Tahun 2002, 2005, dan 2007 itu saya masih berani ke luar rumah saat banjir. Tahun ini parah sekali banjirnya," ucap Agus.
Alamsyah dan Agus merupakan dua dari ratusan warga Cipinang Melayu yang dievakuasi tim Basarnas lantaran rumahnya tergenang banjir. Tempo sempat mengikuti tim Basarnas saat mengevakuasi Agus dan ibunya, Yustin, yang sudah berusia 70 tahun.
Sebelumnya, BNPB mencatat wilayah Jakarta Timur paling banyak yang terkena banjir. Ada 2 kecamatan dengan 4 kelurahan yang kebanjiran. Tercatat di Kecamatan Makasar, air menggenangi Kelurahan Cipinang Melayu, Pinang Ranti, Halim Perdana Kusuma dan Makasar. Ketinggian air berkisar pada 60 sentimeter higga 80 sentimeter.
Sementara di Kecamatan Jatinegara, air menggenangi empat kelurahan dengan ketinggian air 15-30 sentimeter. Di Jakarta Utara, air menggenangi Kecamatan Cilincing, Kelurahan Rorotan. Pada Rabu, 1 Januari 2019 pukul 04.00, ketinggian air 70 sentimeter.
Banjir juga menggenangi kawasan Cengkareng, Jakarta Barat. Di kelurahan Rawa Buaya, air menggenangi dua RW dengan ketinggian 70 sentimeter. Di Jakarta Selatan, banjir menggenangi sebagian kawasan Tebet, Manggarai Selatan dengan ketinggian 90 sentimeter.