- Jokowi menyiapkan dana tanggap darurat sebesar Rp 5 triliun yang diambil dari sisa uang Pemerintah DKI tahun 2012. Rencananya, dana itu digunakan untuk mengatasi banjir secara bertahap, seperti pembuatan sumur resapan dan pengerukan sungai.
- Jokowi mencanangkan pembuatan The Stormwater Management and Road Tunnel (SMART Tunnel) alias gorong-gorong raksasa. Jokowi waktu itu menjelaskan program tersebut sudah memiliki cetak biru, tapi membutuhkan terobosan.
“Kalau terus-terusan bertumpu pada cetak biru dan tidak ada terobosan, sampai kapan mau menunggu dan terus kebanjiran?” katanya kepada wartawan saat memeriksa gorong-gorong di sekitar Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Desember 2012.
Jokowi turun dari perahu karet dan menaiki pagar tangga untuk meninjau pengungsi di sebuah sekolah di Kebon Baru, Tebet, Jakarta, (22/1). Kebon Baru banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Ciliwung di kawasan tersebut. TEMPO/Amston Probel
- Pada Januari 2013, Ibu Kota kembali dilanda banjir yang lebih besar dari tahun 2012. Banjir terjadi di hari ke-93 Jokowi menjadi orang nomor satu di Jakarta. Jokowi pun mengadakan pertemuan dengan Boediono, yang kala itu menjabat wakil presiden, untuk meminta bantuan pusat mengatasi banjir Jakarta.
- Banjir semakin besar ketika tanggul Latuharhary jebol dan menerjang daerah Thamrin dan Bundaran HI. Sedangkan di Pluit, pompa air sudah terendam dan tidak berfungsi.
Waktu itu, 17 Januari 2013, Jokowi langsung mengadakan rapat darurat soal banjir Jakarta yang dihadiri Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, dan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jakarta. Rapat memutuskan status tanggap darurat.