TEMPO.CO, Bogor - Korban terdampak bencana longsor di Kabupaten Bogor kini mulai terserang penyakit. Ketua RT 03 RW 01 Ciputih Tonggoh, Mumuh, mengatakan korban yang jatuh sakit terbanyak dari ibu-ibu, bayi dan balita.
Dia mengatakan sakitnya para bayi dan balita disebabkan oleh sang ibu yang sakit sehingga menyebabkan asupan ke bayi terkendala. Selain itu juga bayi mengalami kedinginan saat berada di tempat pengungsian. "Bayi disini banyak. Belum balita yang seumuran 8 sampai 11 bulan ada puluhan," ucap Mumuh di lokasi pengungsian Gunung Kuning, Sukajaya, Ahad malam, 5 Januari 2020.
Mumuh mengatakan saat ini yang jadi prioritas pertolongan ialah kesehatan para bayi, karena kebanyakan orang tua dari bayi-bayi yang sakit adalah anak pertama dari para pengantin baru atau pasangan suami istri yang baru menikah di kampungnya. Oleh sebab itu, dia berharap bantuan dan prioritas evakuasi yang di lakukan petugas ialah menyelamatkan dan mengobati para bayi yang sakit. "Kasihan juga ibu dan bapaknya, tapi kami utamakan dulu bayinya," kata Mumuh.
Selain penyakit yang mulai melanda warga, lanjut Mumuh, masih ada beberapa kampung yang dilanda bencana longsor hingga saat ini belum tersentuh bantuan, seperti kampung-kampung di Desa Urug dan Siberani. Bahkan menurut Mumuh kampung-kampung tersebut warganya tetap berada di sana karena akses jalan utama atau pegunungan sangat riskan untuk dilewati. "Bantuan yang kami terima ini sebagian akan kami bawa ke sana dengan mendaki gunung Handarusa," ucap Mumuh.
Seorang warga dari Desa Jayaraharja, Zaelani, mengatakan hingga saat ini akses ke Desa Urug dan Siberani masih tertutup dan susah dilalui manusia dan kendaraan. Namun Zaelani menyebut setelah didatangi bupati dan menteri akses jalan warga tersebut akan segera dibersihkan dan dibuka. "Tadi Pak menteri ke sini sama bupati, katanya segera menurunkan alat berat untuk membuka akses," ucap Zaelani.
M.A MURTADHO