Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kampung Adat Urug Tertimbun Longsor, Ketua DPRD: Harus Tetap Ada

image-gnews
Suasana kawasan Kampung adat Urug di Desa Kiara Pandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, (11/10). Kampung adat ini masih kental nilai tradisi adatnya, seperti setiap rumah tidak boleh memakai genting. Tempo/Fardi Bestari
Suasana kawasan Kampung adat Urug di Desa Kiara Pandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, (11/10). Kampung adat ini masih kental nilai tradisi adatnya, seperti setiap rumah tidak boleh memakai genting. Tempo/Fardi Bestari
Iklan

TEMPO.CO, Bogor-Kampung adat di Desa Urug, Sukajaya, Kabupaten Bogor luluh lantak diterjang longsor dan banjir bandang. Tercatat 28 rumah adat hilang dan 87 rumah lainnya rusak berat, ratusan penghuninya pun terpaksa eksodus dan tinggal sementara waktu di pengungsian.

Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Rudy Susmanto, berharap kampung adat tersebut tidak hilang karena sebagai warisan budaya milik bersama. "Ini (kampung adat) harus tetap ada. Tindakan ke depannya (relokasi atau tidak) kami akan lakukan dulu pendekatan dengan sesepuh adat di sini," ucap Rudy di lokasi kampung adat Desa Urug, Kamis, 9 Januari 2020.

Rudy mengatakan dari 11 desa di Sukajaya yang terdampak longsor paling parah, salah satunya adalah kampung adat desa Urug. Sehingga komunikasi pendekatan harus diprioritaskan, karena tidak bisa semena-mena merelokasi atau memindahkan kampung adat yang udah ada sejak ratusan tahun lalu.

Rudy menyebut kampung tersebut dihuni oleh sebagian besar yang memiliki garis keturunan dari Prabu Siliwangi, raja termashur kerajaan sunda Pajajaran. "Kalau pun direlokasi, mungkin hanya sebagian. Yaitu wilayah yang ancaman bencananya tinggi," ucap Rudy.

Hal senada dikatakan Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor, Burhanuddin. Menurutnya keberadaan kampung adat desa Urug harus dipertahankan, karena masih memegang teguh adat budaya kasundaan yang diajarkan turun temurun.

Bangunan Leuit (lumbung padi) yang dijadikan oleh warga untuk menyimpang padi di kawasan Kampung adat Urug di Desa Kiara Pandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, (11/10). Tempo/Fardi Bestari

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ia pun menyepakati Ketua DPRD, bahwa harus dilakukan pendekatan ke tetua adat. "Juga kami akan meminta hasil dari badan geologi yang akan melakukan kajian di sini," ucap Burhan.

Kepala Desa setempat, Sukarman, yang juga salah satu tetua adat karena memiliki garis turunan di kampung adat desa Urug mengatakan kampung harus tetap diisi dan tidak boleh kosong. Dia menyebut meskipun relokasi harus dilakukan, kampung adat harus tetap dihuni karena itu sudah menjadi amanat yang harus dijaga oleh turunan Prabu Siliwang. "Bahkan untuk kepala desa di sini juga kita tidak melakukan pemilihan, tapi turun temurun sesuai adat," kata Sukarman.

Sejarah kampung Urug, menurut Sukarman berdasarkan cerita orang tuanya sangat erat kaitannya dengan sejarah kerajaan Pajajaran. Sejarahnya pada saat penyatuan kerajaan Sunda Galuh dan Pakuan menjadikan Prabu Dewata yang bergelar Sri Baduga Maharaja Ratu Aji Pakuan Pajajaran atau lebih dikenal Prabu Siliwangi, meminta salah satu putranya menjadi yang dituakan di kampung tersebut dan diberi nama Kampung Guru. "Tapi karena salah satu syeikh dari Mekkah menyebutnya dengan terbalik, maka sampai sekarang kampung ini namanya Urug," kata Sukarman.

Penduduk di kampung adat Urug, Kabupaten Bogor, mayoritas berprofesi sebagai petani padi, baik pria atau wanita. Mereka masih menjaga tradisi para leluhur kampung untuk melakukan kegiatan menanam padi, memanen padi, menumbuk padi, menyimpan padi ke leuit (gudang beras dalam bahasa Sunda) hingga pertama menjadikan beras terbuat jadi nasi. “Apapun yang jadi tradisi di sini harus sesuai dengan apa yang dikatakan pemangku adat,” kata Sukarman.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Data Terbaru Banjir Musi Rawas: 51 Ribu Warga Terdampak dan 292 Hunian Rusak Berat

2 hari lalu

Basarnas cari korban tenggelam banjir bandang Muratara, Musi, Sumatera Selatan. (ANTARA/ HO- Basarnas Palembang)
Data Terbaru Banjir Musi Rawas: 51 Ribu Warga Terdampak dan 292 Hunian Rusak Berat

Banjir di Musi Rawas Utara merusak hunian dan berbagai fasilitas di lima kecamatan. BNPB mendata ada 51 ribu warga lokal terdampak.


Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

2 hari lalu

Upaya evakuasi dan penyelamatan korban banjir di Musirawas Utara, Sumatra Selatan. Foto Dokumentasi Basarnas Palembang
Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.


Tunggu Jawaban BRIN, Ratusan Warga Tangsel dan Kabupaten Bogor Kembali Gelar Unjuk Rasa

2 hari lalu

Ratusan warga Kabupaten Bogor dan Kota Tangerang Selatan unjuk rasa di depan kantor BRIN di Serpong, Selasa 23 April 2024. (TEMPO/Muhammad Iqbal)
Tunggu Jawaban BRIN, Ratusan Warga Tangsel dan Kabupaten Bogor Kembali Gelar Unjuk Rasa

Warga berencana tetap menggelar unjuk rasa, bila BRIN tak memenuhi permintaan mereka.


Penutupan Jalan BRIN, Ratusan Petugas Gabungan Dikerahkan Antisipasi Unjuk Rasa Warga

2 hari lalu

Ratusan personel gabungan dikerahkan melakukan pengamanan demo tolak penutupan jalan Serpong-Parung di kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Selasa 23 April 2024. (TEMPO/Muhammad Iqbal)
Penutupan Jalan BRIN, Ratusan Petugas Gabungan Dikerahkan Antisipasi Unjuk Rasa Warga

Perwakilan warga yang menolak penutupan jalan BRIN, Rojit mengatakan unjuk rasa ketiga kalinya ini akan digelar di depan kantor BRIN.


Longsor dan Banjir di Wilayah Gunung Semeru: 3 Tewas, 17 Jembatan Rusak, Akses Lumajang-Malang Terputus

5 hari lalu

Sejumlah warga melihat Jembatan Gondoruso di Kecamatan Pasirian yang terputus akibat banjir lahar dingin Gunung Semeru pada Jumat (19/4/2024). (ANTARA/VJ Hamka Agung Balya)
Longsor dan Banjir di Wilayah Gunung Semeru: 3 Tewas, 17 Jembatan Rusak, Akses Lumajang-Malang Terputus

Bencana banjir dan longsor yang dipicu intensitas hujan yang tinggi di wilayah Gunung Semeru menimbulkan korban jiwa dan merusak sejumlah fasilitas


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

7 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.


Banjir Bandang di Musi Rawas Utara, Listrik Padam dan Enam Jembatan Rusak Berat

8 hari lalu

Upaya evakuasi dan penyelamatan korban banjir di Musirawas Utara, Sumatra Selatan. Foto Dokumentasi Basarnas Palembang
Banjir Bandang di Musi Rawas Utara, Listrik Padam dan Enam Jembatan Rusak Berat

Banjir di Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan merusak fasilitas publik. Listrik padam saat air meninggi.


Update Info Terbaru Bencana Tanah Longsor di Tana Toraja

9 hari lalu

Tim SAR gabungan mencari korban tanah longsor yang dinyatakan hilang di Palangka, Kelurahan Manggau, Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Senin 15 April 2024. Basarnas Makassar secara resmi menutup operasi SAR bencana tanah longsor yang terjadi pada Sabtu (13/4) malam di dua titik di daerah itu setelah dua korban yang dinyatakan hilang berhasil ditemukan sehingga total korban meninggal dunia akibat bencana tersebut menjadi 20 orang. ANTARA FOTO/Arnas Padda
Update Info Terbaru Bencana Tanah Longsor di Tana Toraja

Proses pencarian dihentikan sementara usai BNPB menemukan 2 korban terakhir dalam bencana tanah longsor di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.


Longsor di Tana Toraja, Tim Gabungan BNPB Temukan 20 Korban Meninggal

9 hari lalu

Tim SAR gabungan mengangkut kantong berisi jenazah korban tanah longsor di Palangka, Kelurahan Manggau, Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Senin 15 April 2024. Sebanyak dua korban yang dinyatakan hilang akibat tanah longsor di daerah itu berhasil ditemukan sehingga total korban yang meninggal dunia menjadi 20 orang. ANTARA FOTO/Arnas Padda
Longsor di Tana Toraja, Tim Gabungan BNPB Temukan 20 Korban Meninggal

BNPB melaporkan telah menemukan 20 korban dalam bencana longsor di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.


BMKG Sebut Hujan Bakal Meningkat Seminggu ke Depan, Apa Penyebabnya?

9 hari lalu

Ilustrasi--Pengguna memeriksa informasi cuaca di situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG. (ANTARA/Zubi Mahrofi/uyu)a
BMKG Sebut Hujan Bakal Meningkat Seminggu ke Depan, Apa Penyebabnya?

BMKG juga mengimbau mewaspadai Antecedent Precipitation. Hujan apa ini?