TEMPO.CO, Jakarta -Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG menyatakan puncak musim hujan di wilayah Jabodetabek belum terjadi. Walaupun wilayah tersebut sudah mengalami banjir besar yang menelan puluhan korban jiwa pada awal 2020.
"Jabodetabek mencapai puncaknya akhir Januari atau awal Februari," ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono R. Prabowo saat dihubungi Tempo pada Sabtu, 11 Januari 2020.
Menurut Mulyono, musim penghujan berlangsung sejak akhir November 2019 hingga Maret atau April 2020. Selama periode itu, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih terus berlangsung.
Sebelumnya, BMKG juga telah mengeluarkan peringatan dini cuaca di Jabodetabek mulai 8 - 12 Januari 2020. Mulyono mengatakan peringatan dini tersebut dibuat salah satunya karena melihat faktor eksternal berupa aktivitas cuaca di Samudera Hindia. Menurut dia, ada aktivitas pertumbuhan awan yang cukup masif di sana dan diperkirakan melintas di Jabodetabek.
"Tapi sebenarnya, tanggal 11-12 Januari ini sudah mulai bergeser ke arah timur, salah satu indikasinya mengarah ke Sulawesi Selatan," kata Mulyono.
Mulyono menambahkan, curah hujan ekstrem di wilayah Jabodetabek pada 31 Desember 2019 hingga 1 Januari 2020 sulit terulang kembali dalam waktu dekat jika dilihat dalam kaca mata statistik."Dalam hal ini, masih di bulan Januari," kata Mulyono.
Menurut Mulyono, ada dua peristiwa pada akhir dan awal tahun lalu itu. Yaitu intensitas hujan lebat hingga sangat lebat dan durasi yang panjang. Hujan turun mulai 31 Desember 2019 pukul 04.00 hingga 1 Januari 2020 pukul 11.00 atau sekitar 19 jam.
Kolaborasi antara intensitas dan durasi itu yang membuat wilayah Jabodetabek diguyur curah hujan ekstrem."Seperti yang tercatat, ada 377 mm di wilayah Halim, di Jati Asih dan Taman Mini sekitar 350 mm kemudian Kemayoran dan Priok, sekitar 150 mm," kata dia.