TEMPO.CO, Jakarta - Massa pendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membanjiri kewasan Balai Kota DKI, Selasa, 14 Januari 2019. Mereka datang untuk mengawal dan menjaga Anies dari unjuk rasa massa Jakarta Bergerak Rakyat Bersatu yang meminta gubernur turun karena tidak becus menangani banjir di ibu kota.
Massa yang kontra terhadap Anies awalnya sempat berunjuk rasa di depan Balai Kota. Namun, kedatangan mereka mendapatkan reaksi dari pendukung Anies yang berada di dalam Balai Kota DKI.
Ratusan pendukung Anies sempat keluar dari area Balai Kota DKI, tapi polisi meminta mereka masuk kembali ke dalam kawasan Balai Kota, untuk menghindari terjadinya bentrokan dengan massa yang kontra.
Wakil Ketua Gerakan Pemuda Muslim Indonesia Novel Bamukmin mengatakan massa pendukung Anies memang diredam agar tidak keluar area Balai Kota DKI. Sehingga, pihaknya menyelenggarakan Maulid Nabi untuk mengalihkan massa pendukung agar tidak bertemu dengan kelompok lain yang kontra Anies.
"Kami memang mengimbau agar mengumpulkan massa ke sini (masjid) agar kodusif dan tadi sama-sama kami rayakan Maulid Nabi. Kami ramaikan di sini agar tidak terfokus ke depan," ujarnya. "Karena kalau tidak ada kegiatan ini terfokus semua ke depan bisa terjadi apa yang kami tidak inginkan (bentrokan)."
Novel menjelaskan penyelenggaraan Maulid Nabi memang bertujuan untuk mengalihkan massa pendukung Anies agar tidak terpancing keluar dan bertemu massa pendemo lainnya. Menurut Novel, situasi pasti bakal memanas jika dua massa yang bertolak belakang tersebut bertemu.
"Alhamdulillah polisi bisa menjaga situasi sampai saat ini kondusif," ujar juru bicara Persatuan Alumni 212 itu." "Polisi sampai dijaga berlapis-lapis. Saat ini suasana luar biasa sangat memanas."
Novel mengatakan dirinya dan massa lainnya di area Balai Kota datang untuk menjaga dan mengawal Anies. Massa yang datang, kata dia, tidak bisa melihat gubernur berjalan sendiri. "Dukanya Anies duka kamu, sebab Anies menjadi simbol perjuangan umat Islam. Nah ini kami jaga sampai titik darah penghabisan," ujarnya.
Eks pentolan Front Pembela Islam itu juga melihat massa yang datang dan kontra terhadap Anies, hanya memanfaatkan musibah banjir untuk kepentingan politik. Padahal, banjir dengan dampak terbesar tidak berada di Jakarta, melainkan di wilayah Lebak, Banten; dan Bogor, Jawa Barat.
"Di Lebak, Banten, kami fokus memberikan bantuan," ujarnya. "Musibah ini semestinya kita selesaikan bersama bukan untuk diangkat menjadi kepentingan politik untuk menjatuhkan seseorang."
Polisi memindahkan lokasi unjuk rasa massa Jakarta Bergerak dari depan Balai Kota DKI ke Patung Kuda Arjuna Wiwaha. Pemisahan lokasi unjuk rasa karena massa antara pendukung dan kontra Anies sempat memanas saat bertatap muka di depan Balai Kota DKI.
Massa pro dan kontra terhadap Anies menggelar aksi untuk menyoroti soal penanganan banjir di Balai Kota DKI, siang ini. Massa yang tergabung dalam Jakarta Bergerak mendesak Anies mundur dari jabatannya.
Sedangkan, massa pendukung meminta Anies tetap fokus bekerja dan menolak banjir dijadikan komoditas politik. Saat kedua massa bertemu polisi langsung menjaga jarak antara keduanya.
Massa dari pendukung Anies sempat meneriaki massa Jakarta Bergerak agar tidak menggelar unjuk rasa di depan Balai Kota. Polisi pun langsung meminta ratusan massa pendukung Anies untuk masuk kembali ke dalam Balai Kota.