Sedangkan toa peringatan dini banjir di RW07 berdiri di sekitar kantor sekretariat RW. Bentuk dan warna toa yakni merah sama seperti yang ada di RW03.
Menurut ketua RW07, Majid, toa peringatan dini banjir di wilayahnya masih berfungsi. Pada saat banjir di awal tahun 2020, seseorang sempat menyampaikan kondisi status siaga 1 dan 2 di pintu air Katulampa pada Selasa malam, 31 Desember 2019. Menurut dia, suara orang yang ada di toa berasal dari BPBD.
"Jadi sistemnya online gitu, dari BPBD DKI Jakarta disiarkan pakai toa ini," ujar Majid.
Menurut Majid, pengelolaan toa dilakukan oleh BPBD DKI Jakarta. Alat peringatan dini di RW07 itu disebut sudah berdiri sejak tahun 2009. Dia berujar, toa tidak bisa dioperasikan secara manual oleh warga. "Selama ini cuma orang itu aja yang ngomong. Tempatnya dikunci juga," kata Majid.
Dalam rencana terbarunya, BPBD DKI Jakarta akan menghabiskan dana Rp 4 miliar untuk DWS dengan membeli sejumlah alat. Yaitu, enam Stasiun Ekspansi Peringatan Dini Bencana Transmisi Vhf Radio senilai Rp 3,1 miliar; enam set pole DWS seharga Rp 353 juta; enam set Modifikasi software telementary dan Warning Console dengan Amplifier 100W senilai Rp 416 juta.
Selanjutnya, enam set Coaxial arrester DWS seharga Rp 14 juta; enam set Horn speaker 30 W senilai Rp 7 juta; enam set Storage battery 20 Ah, 24V seharga Rp 70 juta dan enam set elemen antena seharga Rp 90 juta. Alat itu akan dibangun di Bukit Duri, Kebon Baru, Kedaung Kali Angke, Cengkareng Barat, Rawa Terate, dan Marunda.