TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan penyedotan air yang menutup Underpass Kemayoran, Jakarta Pusat, selama tiga hari. Underpass tersebut terendam banjir hingga ketinggian lima meter, Minggu, 2 Februari 2020.
"Kalau tidak hujan lagi tiga hari kami perkirakan airnya surut," kata Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan DKI Satriadi di Underpass Kemayoran.
Ia mengatakan pemerintah telah menyiapkan 27 pompa untuk menyedot air yang menutup underpass itu. Damkar DKI pun telah menyiagakan 25 personel sejak tadi pagi untuk menyedot air.
Menurut dia, banjir di underpass tersebut memang kerap terjadi saban hujan deras melanda ibu kota. Pemerintah Provinsi DKI saat ini tengah berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk menanggulangi banjir di terowongan tersebut agar tidak terjadi lagi.
"Kami sedang mencari solusi agar tak terjadi genangan lagi," ujarnya. Underpass Kemayoran berada di bawah pengelolaan Pusat Pengelola Kawasan Kemayoran, Kementerian Sekretariat Negara.
Gubernur DKI Anies Baswedan mengaku mempunyai tanggung jawab untuk membantu menanggulangi banjir di Underpass Kamayoran karena berada di kawasan Pemprov DKI. Sejak Jumat lalu, Pemprov DKI telah mengerahkan enam pompa mobile dengan kemampuan 600 liter per detik, dan juga dua pompa dari Dinas Pemadam.
"Setelah di pompa terus menerus, dua hari, airnya hari ini sudah surut, tuntas. Kalau hari ini itu kita periksa. Tim DKI bekerja terus, sejak hari Jumat sudah membantu," ujarnya.
Anies menuturkan pompa yang ada di jembatan tersebut tidak bisa digunakan karena terendam. Pemprov DKI menyatakan bakal duduk bersama dengan Kemensetneg untuk mencari solusi terkait dengan banjir di kawasan Underpass Kemayoran tersebut.
Menurut Anies, banjir di underpass tersebut selalu terulang setiap tahun. Selain itu, proses pemompaan tidak maksimal karena dibuang ke jalan dan kembali lagi ke terowongan jalan tersebut. "Nanti tim dari DKI akan berbicara dengan PPK untuk mencari solusi permanen."