TEMPO.CO, Bogor -Siswa Sekolah Menengah Pertama dari Sekolah Islam Plus (SIP) Daarul Jannah, Kecamatan Cibinong, patungan untuk membeli perlengkapan sekolah. untuk disalurkan kepada siswa dan siswi yang menjadi korban longsor Sukajaya.
Ketua Osis SIP Daarul Jannah, Nidya Risa, mengatakan perlengkapan sekolah yang diberikan merupakan hasil donasi siswa-siswi SD dan SMP. "Semua berlomba-lomba untuk berbagi. Dengan harapan, pelajar yang terkena bencana bisa terus sekolah," ucap Nidya seusai memberikan bantuan ke Sukajaya, Kabupaten Bogor, Kamis 6 Februari 2020.
Nidya mengatakan bantuan disalurkan melalui Persatuan Wartawan Indonesia atau PWI Kota Bogor dan Posko Bersama Pendaki Tanggap Bencana (Pentana). Nidya berharap pelajar yang terkena bencana dapat sabar dan kuat. "Harapannya bantuan ini bisa bermanfaat sehingga semua semangat untuk kembali sekolah," kata Nidya.
Perwakilan SIP Daarul Jannah, Agung Drajat Setiona, mengatakan bantuan yang diberikan bagi korban bencana adalah inisiatif para murid dan sekolah. "Kami mengedukasi anak-anak supaya lebih peka, kecerdasan emosionalnya bisa dipupuk, jadi tak hanya di bidang akademisnya. Ini salah satu bentuk pendidikan karakter juga untuk mereka," kata Agung.
Ia juga mengatakan sekolah memiliki agenda program untuk berbagi setiap tahunnya. Khusus untuk bencana, semua terlibat menggalang donasi secara bersama-sama. "Ini tanggung jawab bersama untuk saling membantu. Tidak hanya bencana di sini saja, tetapi juga di daerah lain. Harapan kami para siswa selalu bersyukur, bisa saling berbagi," ucap Agung.
Koordinator PWI Peduli Kemanusiaan (Peka) Kota Bogor, Eko Hadi Permono, mengatakan perlengkapan sekolah yang diberikan bakal disalurkan untuk murid SD di lima sekolah di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya. Eko menyebut bantuan perlengkapan sekolah sangat penting, mengingat banyak murid yang rumahnya porak-poranda tersapu banjir dan longsor. "Sejauh ini, bantuan-bantuan seperti alat tulis, seragam hingga papan tulis masih sangat dibutuhkan," ucap Eko.
Menurut Eko, kondisi lima sekolah dasar yang ada di Cileuksa sangat memprihatinkan dan tidak lagi layak digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar (KBM) usai terkena bencana. Eko menjabarkan sarana penunjang untuk kegiatan belajar mengajar atau KBM dan perlengkapan sekolah masih sangat minim dan dibutuhkan. Saat ini juga pemerintah desa dan relawan masih terus berupaya agar murid SMP dan SMA bisa mengikuti KBM. "Karena mereka rata-rata ikut kelas jauh," kata Eko.
Untuk tenaga pengajar yang ada pun, menurut Eko tidak bisa maksimal melakukan KBM. Sebab, para guru juga tak sedikit yang menjadi korban bencana longsor Sukajaya. Selain bantuan dari relawan, Eko juga berharap pemerintah cepat mengambil langkah untuk persoalan pendidikan, karena walaupun di tengah kondisi bencana, KBM harus tetap berjalan. "Semoga bantuan ini bisa meringankan dan membuat para murid semangat untuk belajar, meski harus menggunakan tenda-tenda sebagai sekolah darurat," kata Eko.