TEMPO.CO, Jakarta -Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengatakan bahwa curah hujan yang tinggi di awal tahun hingga Februari 2020, bukanlah menjadi alasan Jakarta terendam banjir. "Kalaupun mau lebih tinggi, prinsip air kan, bagi rata. Jadi kemarin itu belum dikirim Katulampa saja sudah hancur kita," kata dia kepada Tempo usai peluncuran bukunya ""Panggil Saya BTP" di Ruang dan Tempo, Jakarta, Senin sore, 17 Februari 2020.
Ia mengatakan banjir itu terjadi juga karena air tidak dipompa untuk disalurkan ke sungai atau danau. "Karena gak dipompa tidak disalurkan. Jadi ikuti Belanda ajalah udahlah," kata Ahok. Menurutnya, resepnya mengatasi banjir Jakarta mengikuti konsep penanganan banjir yang diadopsi dari Belanda.
"1300 saluran mesti bersih. Pompa-pompa mesti jalan. Jadi sebelum hujan mesti dikosongin. Alat berat mesti keruk terus. Itu kan aluvial. Dari hulu kan turun terus mesti dikeruk terus. Jadi itu bukan ilmu saya. Itu ilmunya dari Belanda."
Gubernur Anies Baswedan mengatakan banjir yang merendam sejumlah lokasi Jakarta pada 8 Februari 2020 lalu, disebabkan hujan ekstrem. Mengutip data BMKG, dia menyatakan curah hujan dikategorikan lebat karena intensitasnya sampai dengan 244 milimeter.
Anies menyebut banjir awal 2020 tak separah banjir pada 2013 di era Jokowi dan 2017 saat Ahok memimpin Jakarta. "Kantor tutup tidak ada, mall tutup tidak ada, Bundaran HI ketutup tidak ada. Itu semua tidak ada," kata Anies pada 9 Januari 2020.
Sebelumnya Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari memaparkan hasil surveinya di Hotel Atlet Century bahwa menurut publik nasional, untuk masalah banjir, gubernur Jakarta yang dianggap paling berhasil adalah Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok (42 persen), disusul Joko Widodo (25 persen), dan Anies Baswedan (4,1 persen).
Survei Indo Barometer ini dilakukan pada 9-15 Januari 2020 dengan menggunakan metode stratified multistage random sampling yang melibatkan sampel sebanyak 1.200 responden dari seluruh Indonesia, dengan margin of error sebesar ± 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei dilakukan tak lama setelah Jakarta dilanda banjir pada awal Januari lalu. Hujan ekstrim yang mengguyur Jakarta sejak malam tahun baru membuat beberapa kawasan terendam. Hal ini diperparah dengan datangnya air dari Bogor.
KIKI ASTARI | MARTHA