TEMPO.CO, Bogor - Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin mengatakan Indonesia saat ini masih dalam kondisi puncak musim hujan. Hal ini menyebabkan potensi hujan yang turun bersifat ekstrem karena dua faktor, yakni curah hujan tinggi dan curah hujan berlangsung lama.
"Sekarang di Indonesia masih dalam kondisi puncak musim hujan yang sewaktu-waktu bisa saja intensitas hujannya tinggi," kata Thomas kepada wartawan di Pusat Teknologi Satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) di Rancabungur, Bogor, Jumat 22 Februari 2020.
Thomas menuturkan matahari sekarang sudah mulai mendekati ke arah utara tapi masih berada di belahan Selatan. Posisi matahari itu ikut berpengaruh, karena puncak pembentukan awan masih berada di selatan sehingga hujan bisa sering mengguyur.
Dia menuturkan puncak musim hujan di Indonesia berada di Januari-Februari 2020. Selain itu, juga ada tidaknya badai tropis di bumi belahan Selatan juga mempengaruhi curah hujan yang turun.
Dengan kondisi ini, masyarakat harus sadar dan perlu melihat peringatan-peringatan dini yang dikeluarkan BMKG atau bisa dilihat di aplikasi LAPAN Sadewa.
"Masyarakat mestinya cukup sadar bahwa sekarang kondisi musim hujan ada saat-saat tertentu ekstrem. Kondisi ekstrem bisa dua yakni pertama, bisa curah hujannya tinggi atau kedua, curah hujan berlangsung lama. Dua-duanya akan berpotensi memberikan curahan hujan yang cukup intensif," ujarnya.
Masalah yang dihadapi sekarang adalah daya dukung lingkungan. Dengan daya dukung lingkungan menurun, maka dengan curah hujan ekstrem yang terkadang muncul itu bisa menimbulkan banjir apalagi dalam kondisi ekstrem.
Kepala Lapan berharap masyarakat tetap siaga terhadap puncak musim hujan saat ini dan memperhatikan kelestarian lingkungan serta daya dukung lingkungan.