TEMPO.CO, Jakarta - Banjir belum berlalu dari Jakarta. Gubernur DKI Anies Baswedan pun jadi sasaran serangan atas banjir yang melanda Ibu Kota sejak awal Januari hingga Februari ini.
Pemerintah dianggap kurang sigap dalam mengantisipasi bencana banjir pada tahun ini.
Padahal, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika telah mengumumkan peringatan dini bencana banjir yang berpotensi terjadi karena hujan ektsrem di kawasan Jakarta dan sekitarnya sejak awal tahun hingga Maret 2020.
Politikus PDIP Dewi Tanjung melemparkan sindiran soal musibah banjir yang melanda Jakarta dalam beberapa waktu atau berjilid-jilid di era Gubernur DKI Anies Baswedan. "Biasanya kan demo yang berjilid-jilid, kalau ini kebalik, banjirnya berjilid-jilid," ujar Dewi Tanjung di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Rabu, 26 Februari 2020.
Berikut data banjir yang terjadi di Ibu Kota sejak awal 2020.
1 Januari
Perayaan tahun baru di DKI Jakarta disambut dengan air bah yang nyaris melumpuhkan Ibu Kota. Namun, banjir yang terjadi tepat pada tahun baru 2020 disebut-sebut lebih baik dalam hal penanganannya oleh Pemprov DKI Jakarta. Dampaknya pun lebih kecil dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Pemprov DKI Jakarta merangkum sejumlah data dari BPBD DKI Jakarta, Bappenas, dan BMKG ihwal banjir yang menerjang Jakarta. Data banjir 2020 akan dibandingkan dengan tahun 2002, 2007, 2013, 2015, dan 2020.
Wilayah Jakarta dan sekitarnya dilanda banjir sejak 1 Januari 2020. Hujan lebat yang turun sepanjang malam pergantian tahun membuat air di sejumlah kali meluap. BMKG mencatat curah hujan di sejumlah tempat memang menjadi yang tertinggi dalam 154 tahun terakhir.
Menurut data BMKG, curah hujan tertinggi berada di wilayah Jakarta Timur seperti kawasan Halim yang mencapai 377 mm/hari, Taman Mini Indonesia Indah mencapai 335 mm/hari serta Pulogadung mencapai 260 mm/hari. Rata-rata curah hujan di DKI Jakarta saat itu mencapai 150 mm/hari atau termasuk dalam kategori curah hujan ekstrim.
Data tersebut telah dipaparkan Pemprov DKI Jakarta saat Rapat Koordinasi (Rakor) dengan Kementerian Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat dan Kebudayaan (PMK) pada 7 Januari 2020. Berikut perbandingannya:
Area Terdampak
2020
RW tergenang: 390
Luas area tergenang: 156 Km persegi
2015
RW tergenang: 702
Luas area tergenang: 281 Km persegi
2013
RW tergenang: 599
Luas area tergenang: 240 Km persegi
2007
RW tergenang: 955
Luas area tergenang: 455 Km persegi
2002
RW tergenang: 353
Luas area tergenang: 168 Km persegi
Jumlah Pengungsi
2020: 31.232 jiwa
2015: 45.813 jiwa
2013: 90.913 jiwa
2007: 276.333 jiwa
2002: 154.270 jiwa
Jumlah Lokasi Pengungsi
2020: 269 titik
2015: 409 titik
2013: 1.250 titik
2007: Tak tercatat
2002: Tak tercatat
Korban Meninggal
2020: 19 orang
2015: 5 orang
2013: 40 orang
2007: 48 orang
2002: 32 orang
Waktu Surut Genangan per hari
2020: 4 hari
2015: 7 hari
2013: 7 hari
2007: 10 hari
2002: 6 hari
Petugas berjaga saat banjir di Underpass Senen, Jakarta, Selasa, 25 Februari 2020. Hujan deras yang melanda Jakarta sejak senin malam mengakibatkan banjir di beberapa titik. TEMPO/Muhammad Hidayat
18 Januari
Banjir kembali melanda Jakarta pada Sabtu pagi, 18 Januari 2020. Banjir disebabkan hujan deras yang mengguyur Ibu Kota sejak Jumat malam dan dilanjutkan hingga Sabtu pagi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat intensitas curah hujan tergolong lebat dan mencapai 10-20 mm per jam. Berikut fakta banjir yang 'mampir' lagi ke Ibu Kota. Banjir sebelumnya melanda berhari-hari sejak 1 Januari 2020.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI mencatat ada 14 titik yang diterjang banjir kali ini. Kepala BPBD DKI Subejo menyebut ada 11 titik di Jakarta Barat terendam banjir, sisanya di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Ketinggian air variatif, mulai dari 10-30 cm hingga 30-70 cm.
24 Januari
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI mencatat jumlah sebaran genangan banjir mencapai 54 titik pada 24 Januari 2020. Jumlah tersebut meningkat dari data BPBD pada pukul 09.00 pagi dengan 17 titik banjir. "Total sekarang 54 titik," kata Kepala BPBD DKI Subejo saat dihubungi, Jumat 24 Januari 2020.
Subejo mengatakan, tinggi banjir juga meningkat dari rata-rata banjir pada pagi tadi 10-30cm. Sedangkan saat ini ketinggian banjir ada yang mencapai 50cm bahkan di underpass Gandhi hingga 250cm. Subejo menyebutkan rata-rata ketinggian air 10-30cm, banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi mengguyur sejumlah wilayah Jakarta sejak pagi hari. "Penyebab curah hujan tinggi," ujarnya.
2 Februari
Hujan yang melanda DKI Jakarta sejak Ahad dini hari 2 Februari 2020 tadi membuat Underpass Kemayoran, Jakarta Pusat, kembali mengalami banjir. Kedalaman air hingga menyentuh 5 meter. Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan DKI Satriadi mengatakan banjir di terowongan tersebut memang kerap terjadi ketika hujan deras melanda ibu kota. "Lokasi ini memang sudah sering banjir. Jadi bukan yang pertama," kata Satriadi saat meninjau Underpas Kemayoran.
Satriadi mengatakan pemerintah tengah berkoordinasi untuk menanggulangi banjir di underpass itu. Pemerintah daerah bakal berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk mencari jalan keluar agar terowongan tersebut tidak banjir saat hujan deras."Kami sudah berkoordinasi."
Dua pekan lalu banjir dengan ketinggian yang sama juga menggenggam underpass tersebut. Jalan Kemayoran Raya yang melalui underpass tersebut telah ditutup. Lokasi tersebut merupakan kewenangan dari Kementerian Sekretariat Negara, yang dikelola Pusat Pengelola Kawasan (PPK) Kemayoran.
23 Februari
Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD DKI Jakarta mencatat sebanyak 87 rukun tetangga di sejumlah wilayah Ibu Kota terendam banjir pada Ahad, 23 Februari 2020. Ketinggian banjir bervariasi dari mulai 5 cm hingga 1,2 meter. "Seluruh kawasan yang banjir karena curah hujan yang tinggi," kata Kepala Pusat Data dan Informasi BPBD DKI Muhammad Insaf melalui keterangan tertulisnya.
Seluruh kawasan yang terendam banjir saat ini sedang dalam proses penanganan oleh Dinas Sumber Daya Air dan Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum (PPSU). Pemerintah juga telah mengirim perahu karet dan mengevakuasi korban banjir di Ibu Kota. Banjir pada 23 Februari lalu, juga merendam sejumlah ruangan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo disingkat RSCM, Jakarta Pusat.
Banjir di RSCM disebabkan karena kapasitas saluran pembuangan dan bak tampung air yang terlalu kecil. Walhasil, saluran di gedung RSCM tak bisa menampung air hujan yang cukup deras pada Ahad dini hari, 23 Februari 2020 yang berbuntut genangan banjir. "Setelah kami cek ternyata memang ada daya tampung (saluran) taman yang dekat dengan ruangan radiologi tidak tertampung. Kemudian air melimpah ke ruangan itu," kata Satriadi usai menijau RSCM.
25 Februari
Jakarta kembali dikepung banjir setelah diguyur hujan deras sejak Senin, 24 Februari hingga Selasa pagi, 25 Februari 2020. Berikut ini sejumlah faktanya:
Sedikitnya 294 RW di Jakarta terendam air sejak banjir melanda Ibu Kota pada Selasa, 25 Februari 2020. Jumlah ini lebih banyak daripada ketimbang saat banjir yang terjadi pada Sabtu-Minggu, 22-23 Februari 2020. Dari 294 RW, diketahui ada 3.565 orang yang mengungsi.
"RW terdampak banjir 10,74 persen dari total 2.738 RW di DKI. Ketinggian banjir maksimal 200 cm berada di Kelurahan Cawang," kata Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Mohamad Insaf pada Selasa 25, Februari 2020.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem yang melanda beberapa wilayah di Indonesia khususnya Jakarta disebabkan dua siklon tropis yakni Siklon Tropis Esther dan Siklon Tropis Ferdinand.
Siklon Tropis Esther diperkirakan menurun dalam 24 jam ke depan, namun Siklon Tropis Ferdinand diperkirakan meningkat dalam 24 jam ke depan. Dampak kedua badai ini adalah terjadinya hujan deras di kawasan Indonesia bagian selatan, yakni Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku.