TEMPO.CO, Depok -Wali Kota Depok, Mohamad Idris mengatakan bakal melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan Universitas Indonesia terkait adanya antivirus atau obat Virus Corona yang dikabarkan sudah ditemukan oleh peneliti Fakultas Teknik (FTUI) kampus kuning tersebut.
“Iya nanti kita koordinasi, kalau komunikasi dengan UI sudah lama kita. Nanti kalau ada hal-hal yang perlu kita detilkan ya kita akan buat PKS (Perjanjian Kerja Sama),” kata Idris di Balai Kota Depok, Jumat 6 Maret 2020 soal temuan alternatif obat Virus Corona.
Idris mengatakan, permasalahan virus Corona atau COVID-19 merupakan permasalahan nasional bahkan internasional, sehingga membutuhkan koordinasi antar berbagai pihak termasuk dunia pendidikan.
“Kita koordinasi dengan siapapun karena permasalahan ini bukan permasalahan depok saja, ini permasalahan nasional bahkan internasional, yang memang kita harus berkoordinasi, berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah ini,” kata Idris.
Perkembangan terbaru, lanjut Idris, selain dua warga positif, hingga hari ini ada 80 warga Depok yang masuk Orang Dalam Pengawasan (ODP) oleh tim penanganan virus corona dari Pemerintah Kota Depok.
“Rinciannya 76 orang merupakan karyawan rumah sakit, empat orang lainnya adalah tetangga pasien positif,” kata Idris.
Sebelumnya, pasca merebaknya virus corona di Indonesia, peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia temukan obat penangkal dan pencegahan penyebaran virus yang berasal dari Wuhan, China tersebut.
Muhamad Sahlan, peneliti FTUI tersebut mengembangkan senyawa propolis asli Indonesia yang dihasilkan oleh lebah Tetragonula biroi aff, sebagai alternatif pengobatan dan pencegahan penyebaran Virus Corona (COVID-19).
“Propolis tersebut terbukti memiliki komponen penghambat alami yang dapat digunakan untuk menghasilkan obat dengan efek negatif minimal baik terhadap tubuh manusia maupun sumber daya alam yang tersedia,” tulis Sahlan dalam keterangan resmi yang diterima Tempo, Rabu 4 Maret 2020.
Dekan FTUI Hendri D.S. Budiono mengatakan, penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Sahlan, dan timnya ini belum masuk kedalam tahapan klinis karena Indonesia sendiri baru mengumumkan pasien positif Corona pada Senin 2 Maret lalu.
“Akan tetapi hasil penelitian ini tentu sangat menjanjikan untuk dikembangkan menjadi alternatif obat dari Indonesia untuk menyembuhkan maupun mengurangi perkembangan virus Corona tidak hanya di Indonesia tetapi juga ke negara lain,” demikian Hendri.