TEMPO.CO, Jakarta -PD Pasar Jaya mengakui adanya peningkatan harga komoditas holitkultura herbal alias jamu seperti jahe merah, temulawak di tengah temuan kasus virus Corona di Jakarta.
Sekretaris Perusahaan Pasar Jaya, Sumanto, mengatakan, (dampak virus Corona) karena diburu masyarakat membuat harga produk-produk herbal tersebut meningkat sekitar 50-100 persen di pasaran.
"Beberapa produk komoditi itu beberapa hari lalu sampai sekarang harganya naik," kata Sumanto saat dihubungi, Ahad, 8 Maret 2020.
Menurut dia, kenaikan harga jahe dan beberapa komoditi terjadi karena banyak masyarakat yang memburu karena menganggap produk herbal tersebut berkhasiat bagi kesehatan. Masyarakat pun saat ini lebih peduli terhadap kondisi kesehatan mereka di tangah potensi pendemi Covid 19.
Pasar Jaya saat ini sedang berusaha meredam kenaikan produk holtikultura tersebut dengan cara melakukan kerja sama antara BUMD pemerintah daerah lainnya. "Tin Info Pangan Jakarta juga terus melakukan rapat bersama untuk menganalisa data untuk mengendalikan harga," ujarnya.
Seorang warga di Temanggung, Jawa Tengah, mendulang banyak rupiah, berkat budi daya jahe merah dengan polybag diminati para konsumen karena memiliki manfaat besar bagi kesehatan tubuh.
Pemerintah, kata dia, juga bisa menggelar pasar murah produk holtikultura yang kini sedang meningkat harganya. Saat ini, jahe merah dijual Rp 92.400 per kilogra. "Kami akan berkolaborasi dengan pihak lain," ujarnya.
Seorang penjual di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Saeni mengaku menjual jahe merah dengan harga Rp 75.000 per kilogram saat ini. "Sebelumnya kami jual Rp 45 ribu" kata Saeni ditemui Tempo di lapak dagangannya, Ahad, 8 Maret 2020.
Wanita 42 tahun itu mengatakan lonjakan harga jahe merah sudah berlangsung sekitar tiga hari. Walau begitu, Saeni berujar harga jahe jenis lainnya seperti jahe emprit dan jahe impor masih normal. "Kalau jahe emprit harganya masih Rp 45.000, jahe impor Rp 40.000 per kilogram," kata Saeni.