TEMPO.CO, Jakarta - Pengurangan layanan Transjakarta sebagai upaya menekan wabah Corona mendapat keluhan dari para penumpang. Warga menilai pembatasan layanan tersebut mengganggu aktivitas.
"Sangat mengganggu. Sudah tungguin bus dari jam 5 pagi ternyata baru beroperasi jam 6 pagi," kata Devi (30 tahun), salah satu pengguna Transjakarta saat ditemui di Halte Pasar Baru, Jakarta Pusat, Senin, 16 Maret 2020.
Devi mengatakan setiap hari selalu mengandalkan moda transportasi Transjakarta untuk pergi ke tempat kerja. Menurut dia, baru kali ini terjebak antrean yang panjang dari Halte Kalideres menuju Pasar Baru. "Biasanya kalau berangkat jam 5 pagi sudah sampai Pasar Baru itu jam 07.30 WIB. Hari ini karena antre saya baru sampai Pasar Baru jam 09.00 WIB," kata Devi.
Yenni (34) guru privat di lembaga pendidikan swasta juga mengeluhkan pembatasan operasional layanan Transjakarta sebagai antisipasi virus Corona. Ia menyebut antrean penumpang terjadi di Halte Rawa Buaya.
Selain antre masuk halte, penumpang juga antre untuk masuk dalam bus. "Antrenya jadi dua kali. Antre di pintu masuk ke halte, sama antre masuk dalam bus," katanya.
Ihwal pembatasan jam operasional, Yenni keberatan karena jadwal memberikan les terganggu dan harus diatur ulang. Ia menceritakan di hari biasa, kegiatan mengajar di tiga lembaga pendidikan dimulai sejak pukul 11.00 sampai dengan 22.00 WIB.
Dengan adanya pembatasan jam layanan Transjakarta dari 06.00 hanya sampai jam 18.00 WIB, ia terpaksa mengubah jadwal pekerjaannya. "Saya harus berangkat lebih awal, biasanya jam 09.00 sekarang jam 08.00," katanya.
Yenni pun terpaksa memotong jam kerja dari dua jam untuk satu kelas menjadi satu jam 30 menit. "Ya, supaya bisa dapat bus terakhir, terpaksa kurangi jam pelajar 30 menit. Saya sudah harus pulang jam 16.00 supaya kebagian bus," tuturnya.
Selain mengantre, perubahan layanan ini juga menyebabkan jumlah penumpang yang berada di dalam bus menjadi lebih padat. Menurut Yenni, langkah pembatasan tersebut perlu dikaji ulang, karena banyak penumpang mengantre untuk dapatkan bus dan harus berdesak-desakan di dalam bus.
"Ya katanya mencegah, tapi kalau di dalam bus padat banget sama aja enggak mencegah. Padatnya dua kali lipat, dempet-dempetan begitu," kata Yenni.
Ia berharap pengelola Transjakarta mengkaji ulang pembatasan layanan tersebut dengan membuat evaluasi supaya pengguna tidak terganggu dengan adanya kebijakan tersebut. "Sarannya jangan dikurangi, katanya mau jaga kesehatan. Kalau padat begitu mana bisa, apalagi pengguna banyak, mereka sangat butuh transportasi publik," kata Yenni.
Humas PT Transjakarta, Nadia Diposanjoyo, mengatakan modifikasi pola operasi itu guna membatasi interaksi atau jarak antarpenumpang (social distancing) di angkutan umum. "Ini berlaku pada 16-30 Maret 2020 menyusul imbauan Pemprov DKI Jakarta dalam upaya mengerem penyebaran corona," sebut Nadia.