TEMPO.CO, Jakarta -Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Persiapan FTMIPA Unindra buka suara terkait insiden pemukulan oleh kadernya terhadap anggota Lembaga Pers Mahasiswa Progress.
Penanggung Jawab Ketua Umum HMI di komisariat itu, Ramadin mengatakan menyayangkan adanya bentrokan berikut pemukulan tersebut.
"Kami juga siap untuk mempertanggungjawabkan secara hukum dan kami menghargai proses hukum yang berlangsung atas dasar laporan dari saudara ARM," kata Ramadin secara tertulis, Jumat, 27 Maret 2020.
Dalam kasus ini, anggota LPM Progress berinisial ARM sebelumnya mengaku dipukuli oleh sejumlah kader HMI pada Minggu, 22 Maret lalu dan telah melapor ke Polres Metro Jakarta Timur. Pemukulan diduga merupakan buntut dari opini yang ditulisnya berjudul 'Sesat Berpikir Kanda HMI dalam Menyikapi Omnibus Law'.
Opini tersebut ditulis oleh ARM sebagai kritik atas berita tentang HMI Dorong DPR Sahkan Omnibus Law yang dimuat di portal berita inisiatifnews.com.
Sedangkan menurut Ramadin, acara konferensi pers bertema "Mendukung DPR Segera Mengesahkan UU Omnibus Law" memang diadakan oleh Ketua Umum HMI komisariat persiapan FTMIPA Unindra PGRI pada Selasa, 17 Maret 2020. Namun menurut Ramadin, acara itu sendiri mendapat kecaman dari kader HMI lainnya.
"Para kader HMI komisariat persiapan FTMIPA langsung menindaklanjuti masalah tersebut dengan memberi sanksi organisasi terhadap ketua umum, kemudian ditunjuk penanggung jawab ketua umum yang baru (Ramadin)," ujar dia.
Beberapa hari kemudian, opini yang ditulis ARM terbit di website LPM Progress Unindra. Menurut Ramadin, opini yang ditulis ARM merugikan HMI secara organisasi karena pernyataan mendukung 'Omnibus Law' yang dikritiknya berasal dari oknum dan telah diberi sanksi.
Menurut Ramadin, kader HMI lantas mencoba menemui ARM dan LPM Progress untuk meminta klarifikasi. Mereka akhirnya bertemu pada Minggu, 22 Maret 2020.
"Saat pertemuan, diskusi berlangsung cepat dan panas dengan kesimpulan bahwa saudara ARM menolak menghapus tulisan tersebut," kata dia.
Ramadin berujar, saat pertemuan berlangsung para kader HMI di komisariat itu berdatangan sehingga tidak diketahui dengan jelas detail pemukulan. Namun, ia mengakui salah satu kader HMI melayangkan pukulan.
"Setelah kader HMI Komisariat Persiapan FTMIPA itu melayangkan pukulan ke ARM, sontak ARM membalas dengan ikut balik memukul, kemudian orang-orang langsung mengerumuni," kata dia
Walau begitu, Ramadin mengatakan bahwa informasi adanya penodongan menggunakan parang terhadap ARM tidak benar. Menurut dia, tak ada kader HMI yang membawa senjata tajam pada saat itu.